Friday, July 15, 2011

Love History [SuFin and DenNor]

Disclaimer: Hidekaz Himaruya untuk beberapa plotnya =))

Warning: fail history (ini historical romance, maaf kalau ada sejarah yang salah)

Penjelasan:
1) Hej (bahasa Denmark, Norwegia, Swedia)=Hai
2) http://en.wikipedia.org/wiki/Sweden%E2%80%93Finland (Sweden-Finland history)=> Yang jelas Swedia kalah dari Rusia dalam hal memiliki Finlandia intinya.
3) http://en.wikipedia.org/wiki/Union_between_Sweden_and_Norway (Sweden-Norway Union)=>Setelah itu Swedia merekrut Norwegia -.-
4) Karena karakter di cerita ini immmortal jadi maaf kalau sampe berpuluh-puluh tahun kemudian masih bisa ketemu. Wajahnya tetep muda kok ._. Yang bingung bisa tanya saya nanti saya jelasin
5) Jag alskar dig (Swedish)= I love you
6) Mina rakastan sinua (Finnish)=I love you
((sebenarnya ini tulisan saya tahun 2010 tetapi entah mengapa saya ingin mengeditnya kembali, perubahannya tidak terlalu banyak sih))

CHAPTER 1- Bara min kärlek [Only My Love]- Sweden x Finland relations

Abandoned

Tahun 1809

Seorang pemuda Swedia terhenyak di kantornya sendiri. Rajanya gagal mempertahankan Finlandia dan kalah dari Rusia. Terpaksa semua orang Finlandia yang ada di Swedia berpindah tangan ke Rusia.

Pemuda itu tentu tidak menginginkan hal itu karena dengan kalahnya Swedia dari Rusia itu berarti pemuda itu harus berpisah dengan wanita yang paling dicintainya.

Hari terburuk dimana Berwald Oxenstierna harus berpisah dengan wanita yang paling dicintainya. Gadis Finlandia yang selalu mengisi hari-harinya, Tiina Vainamoinen.

"Ingatlah akan aku," ujar Tiina dengan nada sedih ketika Ivan Braginski, suruhan dari kerajaan Rusia menarik tangannya. Berwald tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain memandangi Tiina yang semakin lama semakin menjauh. Rusia telah mengalahkan Swedia dan Finlandia jatuh ke tangan Rusia.

"Ber!" Tiina berteriak keras dan matanya sayu tetapi masih berusaha mengayun-ayunkan tangannya yang satu lagi. "Tolong aku!"

Berwald masih tetap diam di tempatnya. Dalam hati Berwald merasa sedih karena dia terpaksa membuang Tiina tanpa melakukan suatu upaya yang lainnya.

"Kau lihat apa!" Tiina meraung. "Cepat tolong aku. Kau ingin terus bersamaku kan!"

"Dia tidak mendengarmu," Ivan berkata dengan sinis sambil menarik tangan Tiina dengan erat. "Ayo cepat."

Setelah mereka menjauh, Berwald baru menyadari bahwa sebenarnya masih ada sesuatu yang bisa dia lakukan untuk menolong seseorang yang dicintainya.

Maafkan aku, Tiina.

Bond

Ikatan Berwald dan Tiina sangat kuat. Mungkin melebihi ikatan dengan personifikasi negara-negara lainnya. Setelah kejadian itu, Berwald merasa seperti kehilangan harapan hidup dan Berwald merasa tidak bisa mencintai yang lainnya lagi selain pada Tiina seorang.

Tiina juga merasakan hal yang sama di kediaman Ivan di Rusia. Walaupun sudah cukup lama tinggal bersama Rusia dan cukup senang di sana tetapi Tiina merasakan adanya kehampaan di hatinya. Tiina merindukan Berwald rada di sisinya.

Call

Dalam mimpi Berwald, Tiina selalu memanggil namanya. Mimpi tersebut terkadang membuat Berwald percaya bahwa Tiina masih ada di tempatnya, di sisinya.

"Ber! Ber! Aku disini. "

Dream

Berwald tersenyum lembut di dalam mimpi indahnya. Mimpi dimana Tiina kembali di sisinya terasa nyata dan Berwald harus menelan kekecewaannya karena setiap Berwald terbangun, tidak ada Tiina di sisinya.

"Tiina-," panggil Berwald lirih. Tidak ada yang menjawab sama sekali. Yang ada hanyalah ruangan kosong tanpa Tiina.

End

"Kau masih memikirkan dia?" tanya Ivan dengan nada tenang.

Tiina mengangguk pelan dan Ivan tertawa penuh arti. "Kau ingin kembali padanya?"

"Ya."

Raut wajah Ivan dengan cepat berubah. "Sayangnya tidak bisa, bosmu tidak mengizinkan kalian untuk saling bertemu satu sama lain."

"Tidak adakah cara lain?" tanya Tiina kecewa. "Kau tidak mengusahakannya?"

"Tidak," jawab Ivan seraya meninggalkan Tiina yang kecewa. "Dan tidak ada yang bisa kulakukan."

Tiina pasrah dan pupus sudah harapannya selama ini. Mungkin ini memang sudah nasibnya untuk terus hidup bersama Ivan di Rusia. Tidak bisa bertemu dengan Berwald, tidak bisa kembali ke tanah asalnya. Kesepian untuk selamanya. Entah kapan hal ini akan berakhir.

Finland

Satu-satunya seseorang yang selalu membuat Berwald menjadi orang yang berbeda dengan yang dikenalnya oleh orang-orang kebanyakan . Berwald ingat, sesuatu yang paling membuatnya bahagia adalah ketika Tiina berada di sisinya.

"Beary," Mathias Kohler, sang pemuda Denmark memanggil Berwald yang sedang merenung di ruang kerjanya. "Kau merindukannya?"

"Maksud?" tanya Berwald bingung .

"Tiina-mu tersayang. Jangan pura-pura tidak mengerti," tandas Mathias.

Berwald mengangguk. "Ya, amat sangat."

Aku akan membuatmu kembali ke sisiku, Tiina.

Grumble

Ingin rasanya Berwald memaki rajanya yang tidak mengizinkannya untuk bertemu dengan Tiina. Bahkan sengaja membuang surat-suratnya yang dikirimkannya untuk Tiina. Hal itu baru diketahui oleh Berwald beberapa hari yang lalu. Ketika rajanya membakar semua surat yang dititipkan pada rajanya untuk dikirimkan kepada Tiina. Pantas saja Tiina tidak pernah membalas suratnya, pikir Berwald dengan penuh kegeraman.

"Kenapa kau membuang surat-surat yang kukirim untuknya?" tanya Berwald geram.

Rajanya hanya menghela nafas panjang. "Maafkan aku."

Berwald menggebrak mejanya dan segera meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan kesal dan geram.

Biar aku yang mengirimnya sendiri. Lihat saja nanti.

Hell

Bagi Berwald, tidak bisa mengetahui keadaan Tiina ataupun bertemu dengan Tiina adalah suatu neraka terbesar yang pernah dirasakannya karena hidup Berwald tidak pernah sama lagi bila tanpa Tiina di sisinya.

"Jangan bersikap muram seperti itu, Oxenstierna," Halldora mengingatkan Berwald.

"Peduli amat," Berwald menjawab dengan ketus. "Neraka."

“HEJ!" bentak Halldora. "Kau bicara apa?"

"Lupakan saja," Berwald berkata sambil bekerja. "Kembali ke tempatmu."

Halldora hanya menggerutu kesal. Mengapa selalu saja begini pada akhirnya, tidak peduli seberapa besar Halldora mencintai Berwald. Berwald akan terus mencintai Tiina sampai kapanpun.

If

Jika waktu bisa diputar kembali. Berwald akan sekuat tenaga melawan Rusia agar Tiina tidak jatuh ke tangan para penjajah di Rusia. Bahkan sekalipun Tiina tertangkap lagi, Berwald tahu apa yang harus dia lakukan. Menantang kekuasaan Rusia dan mengajaknya berperang. Tidak peduli bila nyawa taruhannya.

"Beary!" panggil Mathias ketika melihat Tiina lengkap dengan seragamnya dan membawa senjata yang besar. "Kau mau apa?"

"Pergi," jawab Berwald. "Mendapatkan apa yang kupunya."

Mathias terkejut. "Jangan bodoh, Beary. Kau tidak akan bisa melawannya."

Berwald terus berjalan tanpa memperdulikan Mathias sama sekali yang terus mencegahnya. Berwald hanya menginginkan Tiina kembali. Walau resikonya sangat besar dan bisa saja Berwald terbunuh karenanya. Tahu betapa kejamnya kekuasaan Rusia.

Jika aku beruntung, aku bisa membawamu kembali. Jika gagal, hanya inilah satu-satunya cara terakhir yang bisa kulakukan untuk menyelamatkanmu. Aku akan sangat bahagia jika kau ada disisiku, Tiina.

Dan inilah yang akan dilakukan Berwald. Walau pada akhirnya Berwald gagal, Berwald selalu menantikan Tiina. Entah untuk berapa lama lagi.

Jealous

Halldora merasa cemburu terhadap Tiina karena Berwald selalu menghabiskan waktunya hanya untuk memikirkan Tiina yang sudah puluhan tahun meninggalkannya. Hampir setiap hari Halldora berusaha mengalihkan perhatian Berwald tetapi gagal.

"Berhentilah memikirkan dia! Dia sudah tidak bersama-sama denganmu lagi," Halldora mengingatkan Berwald.

"Jangan campuri urusanku," Berwald berkata dengan nada mengancam. "Kembali."

Halldora berjengit dan kembali ke tempatnya dengan perasaan kecewa. Terus saja pikirkan dia, gumam Halldora kesal.

Kiss

Tiina berhasil kabur dari kediaman Ivan dengan selamat dan Tiina segera bergegas ke tempat Berwald. Kini di dada Tiina, ada rasa hangat di hatinya karena kini dia bisa bersama-sama dengan Berwald kembali.

Berwald membukakan pintu rumahnya dan mendapati Tiina berada di depan pintu rumahnya. "Bagaimana kau-"

"Ber!" seru Tiina dengan ceria. Wajahnya kemerahan yang menunjukkan bahwa Tiina sedang merasa bahagia. Berwald tidak tahu bahwa Tiina sangat senang bisa bertemu Berwald kembali. "Bagaimana kabarmu?"

Berwald tersenyum kecil dan melayangkan bibirnya ke bibir Tiina dengan lembut sambil memeluk Tiina dengan erat. "Selamat datang kembali."

Tiina tidak mengatakan apa-apa pada Sweden dan membalas ciumannya dengan lembut. Dan tanpa mereka sadari, Halldora diam-diam mengintip mereka dengan perasaan tidak senang.

Love

"Jag alskar dig," Berwald berkata pada suatu hari. Tiina yang saat itu sedang fokus mencuci piring sama sekali tidak mendengar perkataan Berwald dengan jelas. "Kau berkata apa, Berwald?"

Berwald mendekati Finland perlahan dan memeluknya dari belakang sambil membisikkan sesuatu ke telinga Tiina. "Jag alskar dig."

Tiina terkikik geli. "Mina rakastan sinua, Berwald."

Mild

Suasana rumah Berwald kini lebih sejuk dan nyaman karena Tiina berada di sisinya sekarang. Begitu juga dengan Tiina.
"Kenapa, Ber?" tanya Tiina bingung. "Kau tampak ceria sekali."

Berwald segera merubah raut wajahnya dengan cepat. "Tidak."

"Jangan bohong padaku," Tiina berkata lagi.

"Tidak," jawab Berwald dan menatap mata ungu Tiina dengan intens. "Mungkin itu karenamu."

**

Chapter 2- Jeg Elsker Deg

Norway

"Halldora! Tunggu dulu!" panggil Mathias Kohler sambil menarik tangan Halldora Rybak dengan erat. Halldora menepis tangan Mathias dengan kasar, sebagai tanda bahwa Halldora terganggu akan kehadiran Mathias. "Kau mau apa lagi?"

"Kita kan sahabat baik, masa sikapmu terhadapku begitu?" Mathias merajuk. “Kita sudah berteman sejak jaman Kalmar Union, bahkan jaman Viking sekalipun.

"Masa itu sudah lewat, anko uzai," Halldora berkata sambil mendengus. "Kita sekarang mempunyai kehidupan masing-masing. Kau sudah punya Freja dan aku punya Oxenstierna."

"Jadi kamu lebih memilih Beary si kaleng ikan dibandingkan aku?" tanya Mathias dengan nada gemetar tanpa menatap Halldora sedikitpun. "Baiklah kalau itu maumu."

Open

"Hej!" teriak Mathias. "Buka pintunya, Halldora!"

Halldora tidak membukakan pintu rumahnya ketika melihat siapa yang datang dari jendela rumahnya. Lagi-lagi dia, buat apa dia datang ke sini.

"Mengapa kamu tidak membukakan pintu untukku?" tanya Mathias gusar. "Aku teman baikmu bukan."

"Kau bukan lagi teman baikku!" raung Halldora. "Aku-"

"Bukalah hatimu untukku, sedikit saja!" pinta Mathias lemah.

Tidak akan, sedikitpun tidak.Aku tidak mau.

Packet

Mathias ingat ketika masa Kalmar Union masih Berjaya. Kedekatan Mathias dan Halldora paling tidak bisa dipisahkan oleh apapun dan banyak yang merasa iri karenanya. Di mana ada Mathias, pasti ada Halldora di sisinya.

Tetapi itu sudah tidak berlaku lagi. Mathias merindukan masa itu datang lagi.

Question

"Hej!" sapa Mathias. "Apa kamu membenciku?"

"Buat apa kamu bertanya seperti itu?" Halldora balik bertanya.

"Aku hanya ingin tahu saja," Mathias menjawab. "Apa kamu membenciku?"

Halldora berjengit. "Bisakah jangan menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang?"

"Jawab dulu pertanyaanku," Mathias mendesak Halldora.

"Aku benci padamu," ujar Halldora. "Itu yang kau inginkan?"

Real

Seharusnya Mathias menyadari kenyataan . Tetapi batin Mathias tidak pernah bisa menerimanya karena Mathias yakin bahwa masih tersisa perasaan cinta Halldora terhadapnya. Hampir setiap hari, Mathias merasa hancur karenanya walau Mathias yakin akan hal itu.

"Haha," Mathias mengusap-usap wajahnya dengan perasaan galau. "Aku ini bodoh sekali, tidak bisa menerima kenyataan."

Sad

Tidak ada yang bisa membuat Denmark merasa sedih kecuali bila hal itu menyangkut Norway.

"Kak," panggil Erik sambil mengelus kepala Halldora. "Jangan sedih."

Mathias mengangguk pelan dan memeluk Erik dengan erat. "Terima kasih, anak baik."

Think

Sekali lagi, Mathias mendatangi Halldora walau kali ini dia harus sedikit keras terhadap Halldora. Halldora tidak membukakan pintunya untuk Mathias tetapi yang dilakukan Mathias adalah mendobrak pintu rumah Halldora dengan kapaknya. Pintu tersebut hancur berkeping-keping dan wajah Halldora memucat melihat tindakan Mathias barusan.

"KAU KIRA APA YANG KAU LAKUKAN, ANKO UZAI!" raung Halldora kaget. Mathias mengabaikan raungan Halldora lalu mendorong Halldora ke tembok.

"Apa yang kamu pikirkan tentang aku?" Mathias mendesis. "Cepat jawab?"

Unrealized

"Aku benci padamu," Halldora menjawab dengan ketus walau sebenarnya dia tidak sepenuhnya jujur terhadap perasaannya sendiri. Halldora tidak menyadari bahwa sebenarnya, sejak dulu Halldora menyukai Mathias tetapi seiring dengan hancurnya Kalmar Union, perasaannya terhadap Mathias meluap seketika dan kini Halldora terjebak di antara Berwald yang dia sukai selama ini maupun Mathias yang selalu mengejar-ngejar cintanya.

"Kurasa kamu tidak jujur," Mathias berkata lagi. "Aku mencium ada sesuatu yang aneh."

"Apa maksudmu?" tanya Halldora, wajahnya semakin memerah. "Jangan mengujiku."

Mathias mencium bibir Halldora. "Kau masih ingat, dulu kita selalu bersama-sama?"

Ingatan Halldora kembali ke masa lalu. Di mana mereka masih bersama-sama dan itu merupakan kenangan terindah yang bisa diingatnya. Bersama Mathias, Halldora selalu merasa nyaman dan tentram walau Halldora terkadang sebal akan tingkah Mathias yang selalu berlebihan. Ya, cinta yang sempat padam karena situasi yang tidak memungkinkan kini tumbuh lagi di hati Halldora. Kini Halldora menyadari sepenuhnya.

Vain

"Dasar bodoh," gerutu Halldora tanpa bisa berani menatap Mathias. "Aku banyak membuang-buang waktu selama ini."
"Apa maksudmu, min elskede?" Mathias bertanya dengan nada usil.

"Mengapa aku harus membuang-buang waktu," kata Halldora gugup. "Kalau aku mencintai orang yang selama ini mengangguku terus-terusan. Lebih cepat aku sadar malah akan lebih baik."

Watch Over

"Ya, aku tahu kok," Mathias berkata dengan santainya. "Karena aku selalu mengamati perkembanganmu setiap saat."

"Sejak kapan kau lakukan itu?" Halldora bertanya.

Mathias tersenyum dengan lembut dan mendekatkan hidungnya pada Halldora. "Sejak dulu hingga sekarang."

Halldora tersenyum dan memeluk Denmark . "Jeg elsker deg, Mathias."

X-Mas

"Halldora! Hari Natal minta hadiah apa pada santa?" tanya Mathias usil.

Norway yang sedang membantu Tiina dalam menghias pohon Natal, hanya berkata pada Mathias dari kejauhan. "Aku minta agar mulutmu diam."

"Jangan begitu, Halldora," Tiina mengingatkan.

"Baiklah," Halldora berkata sambil mengambil secarik kertas di meja kerjanya yang dekat dengan pohon natalnya lalu menuliskan sesuatu di kertas tersebut lalu memberikan kertas itu pada Tiina. "Jangan kasih tahu anko uzai itu."

"Heh! Berikan kertas itu padaku!" seru Mathias tiba-tiba sambil menarik kertas tersebut dari tangan Tiina lalu membacanya.

"Hentikan, bodoh!" bentak Halldora tanpa berani menatap mata Mathias.

Aku ingin Mathias selalu berada di sisiku. Halldora.

Yearn

"Kau bisa romantis juga ya," Mathias merajuk dan Halldora hanya bisa mendengus sekaligus menahan geli melihat teman kecilnya sekaligus kekasih hatinya. "Jangan sok keren, anko uzai!"

Mathias mulai mengeluarkan ekspresi sok sedihnya dan memeluk Halldora dari belakang, "Jangan kasar-kasar padaku, aku begitu karena merindukanmu."

Halldora tersenyum gugup dan membalas pelukan Mathias dengan lembut.

Zig Zag

Kehidupan mereka memang sangat berliku, terutama dalam perjalanan cinta. Tetapi Mathias berhasil melaluinya dengan baik, begitu juga dengan Halldora.

FIN

No comments:

Post a Comment