Saturday, March 26, 2011

Med Dig Bara

Seorang gadis kecil yang berusia sekitar empat tahun berusaha menarik lengan baju seorang pria dewasa muda yang sedang sibuk membaca buku. Pria itu tidak menyadari kehadiran gadis kecil tersebut sehingga gadis kecil itu berusaha untuk meraih tangan pria dewasa tersebut.

“Mathias!” seru gadis kecil itu dengan nada riang. “Aku disini.”

Pria yang dipanggil Mathias tersebut barulah menyadari bahwa sejak tadi gadis kecil itu memanggilnya. Matanya yang sejak tadi terfokus dengan buku Geologi miliknya sejenak teralihkan. “Ada apa, Nana kecil?” tanya Mathias ramah dan mengecup pipi gadis kecil tersebut.

Pipi Nana memerah dan kedua tangannya dipindah ke belakang seolah-olah menyembunyikan sesuatu. “Aku hanya ingin memberikan sesuatu pada Mathias.”

“Oh ya?” tanya Mathias pelan. “Apa itu?”

Perlahan-lahan Nana mengeluarkan satu tangkai bunga mawar merah dan mengulurkan bunga tersebut pada Mathias. “Jag älskar dig, Mathias.”

Mathias tidak bisa berkata apa-apa, nafasnya tertahan. Yang bisa dilakukannya adalah memeluk Nana dengan erat seraya mengelus kepala Nana yang mungil.

Jeg elsker deg, Nana.

Med Dig Bara [With You Only]

Chapter 01-Mathias PoV

Mathias tidak akan pernah melupakan betapa marahnya Berwald terhadapnya, tidak akan pernah bisa. Baru-baru ini, Nana sengaja mengerjainya dan melontarkan tuduhan yang tidak berdasar terhadapnya. Begitu Mathias bertanya apa alasan Nana berbuat seperti itu, Nana sama sekali tidak bisa menjawab satu patah katapun dan tubuhnya mendadak kaku. Ini sangat membingungkan bagi Mathias. Memang awalnya Mathias yang salah, karena Mathias yang menggoda Nana terlebih dahulu dan sialnya Nana salah paham. Nana yang ketakutan, entah memang benar ketakutan atau hanya berpura-pura saja, langsung mengadu pada kakaknya yang seram tersebut. Keesokan harinya, Berwald mendatangi tempatnya dan langsung menghajar Mathias.

Dalam pikiran Mathias, mengapa semakin hari kelakuan Nana semakin buruk saja. Padahal ketika Nana masih kecil, Nana selalu mengikuti kemanapun Mathias pergi. Bahkan terkadang Berwald harus menyeret Nana pulang, tidak peduli Nana akan menangis meraung-raung.

Hal itu terus berlangsung hingga Nana memasuki kelas empat SD. Nana berubah drastis, dia berubah menjadi sangat kasar terhadap Mathias. Sikapnya terhadap Mathias sangat tidak sopan dan cenderung kurang ajar. Ingatannya menuju ketika pertama kali Nana memperlakukannya dengan begitu kasar.
***
Nana sedang berjalan ke rumahnya dengan perasaan kecewa. Hari itu sangat buruk baginya, semua terasa gelap dan menyedihkan. Kedua tangannya menutupi wajahnya dan air mata membasahi wajah Nana. Tubuhnya memar dan rambutnya terlihat acak-acakan.

“Dia tidak menyayangimu. Orang itu cerita padaku sendiri!”

“Bohong!”

“Tentu saja, kau itu virus di tempat ini.”

Tangisan Nana pecah setiap mengingat apa yang baru saja dia alami. Tidak berani mengadu pada kakaknya ataupun siapapun.

Sementara itu, Mathias yang kebetulan berjalan kaki dan berpapasan dengan Nana. Dia tidak menyadari Nana sedang menangis dan Mathias spontan memeluk Nana dengan erat.

“Halo, min kærlighed. Bagaimana kabarmu?” tanya Mathias riang.

Nana terkejut dan menyadari siapa dia. Mata Nana berkilat-kilat marah dan dengan sigap melepaskan diri dari Mathias. Lalu melemparkan tasnya ke arah Mathias.

“Pergi!” bentak Nana gusar. “Jag hatar dig sa mycket!”

“Kamu ini kenapa, min lile pige?” tanya Mathias heran, tidak mempercayai apa yang dialaminya saat ini. Nana yang biasanya manis kepadanya, kini berubah jadi kasar.

Nana tidak menjawab satu patah katapun pada Mathias dan terus memandangi Mathias dengan sorot mata penuh kebencian yang mendalam. Lebih tepatnya karena sudah terlampau kecewa.

Mathias tidak tahu hal itu.
Mengingat hal itu sudah cukup menyakitkan bagi Mathias. Sampai saat ini juga, Mathias tidak berhasil menemukan alasannya mengapa Nana seperti itu. Apa Berwald memaksanya untuk memperlakukan Mathias seperti itu.
Rasanya itu juga tidak mungkin, Nana merupakan tipikal gadis yang berani menentang kakaknya sendiri. Mathias ingat waktu festival Midsommardag, Nana marah besar pada Berwald karena Berwald memberikan death glare pada pria Spanyol yang baru saja mengajaknya berkencan. Sebenarnya wajar saja Berwald seperti itu, Nana adalah adik satu-satunya dan usia Berwald dengan Nana berjarak lima belas tahun. Jarak usia yang lebih mirip ayah dan anak. Begitu juga dengan Mathias, Nana dan Mathias berbeda dua puluh dua tahun.

Atau ada kemungkinan lain, apa Nana bersikap seperti itu kepadanya karena Nana adalah penyanyi yang baru saja naik daun di Skandinavia dan Nana juga sudah berkecimpung di dunia modelling sejak Nana berusia tiga belas tahun. Nana berwajah manis dengan rambut pirang panjang sebahu dan tinggi sekitar 175 cm. Selain itu Nana juga merupakan gadis yang modis, bila dibandingkan dengan Mathias yang selalu berpakaian resmi tentu tidak ada apa-apanya.

Atau juga dia bersikap seperti itu karena Mathias hanyalah pemilik perusahaan semata, bukan artis atau apapun. Mathias tidak peduli Nana adalah seorang artis atau bukan karena Mathias mencintai Nana karena Nana adalah Nana. Yang Mathias inginkan adalah Nana yang pernah dikenalnya ketika Nana masih anak-anak, bukan Nana yang seorang bintang besar.

Ketika Nana berusia lima belas tahun, Mathias mulai merasakan ketertarikan pada gadis Swedia itu walau Mathias selalu berusaha menyangkal perasaannya. Seiring dengan bertambahnya usia Nana, perasaan yang dimiliki Mathias terhadap Nana semakin berkembang di hati Mathias bahkan menyiksa batinnya. Dia sempat mencoba menjalin hubungan dengan wanita lain tetapi selalu berakhir buruk. Nana telah mencuri hatinya.

“Mengapa sedih?” tanya seseorang dari belakang dan orang itu menepuk bahu Mathias. “Apa ada sesuatu?”

Suara itu dikenal olehnya. Mathias menoleh dan mendapati Nana berdiri di belakangnya. “Ja, tumben kau di sini?”

Nana tidak bisa menahan hatinya yang berdebar ketika berdekatan dengan Mathias lalu membuang wajahnya ke arah lain. “Kupikir kau akan mati di sini?” tanya Nana perlahan.

Mathias bernafas lega, ternyata Nana masih peduli padanya walaupun hanya sedikit. Mungkin Nana tidak membencinya. Pasti ada sesuatu yang dialami Nana sehingga sikap Nana berubah terhadapnya.

Mata Mathias terus tertuju pada Nana yang tanpa riasan make-up dan penampilannya yang sederhana. Nana begitu cantik, batin Mathias di dalam hatinya. Bahkan lebih cantik daripada yang di layar kaca.
“Hm, udara hari ini sangat dingin,” kata Mathias dengan nada santai, berusaha untuk mencari bahan pembicaraan. “Tidak beristirahat di rumahmu? Bukankah kamu mau ujian tahun ini.”

“Bukan urusanmu,” jawab Nana ketus. “Aku sedang mencari udara segar karena bosan.”

“Lalu?” tanya Mathias. “Apa yang kamu temukan?”

Nana mendengus. “Sayangnya yang kutemukan hanyalah orang yang bersedih. Habis patah hati ya, Om?” tanyanya dengan nada mengejek.

Wajah Mathias berubah menjadi sedikit suram. “Aku bukan Om!”

“Om-om pedo,” tukas Nana kesal sambil meninggalkan Mathias.

Mathias buru-buru menarik tangan Nana dengan erat. “Tunggu dulu, jangan pergi!”

Nana membeku di tempatnya sendiri. Jantungnya berdegup kencang. “Kau mau apa lagi!” bentak Nana tetapi nadanya terdengar gugup. “Jag hatar dig sa mycket!”

“Men jeg elsker dig.”

Jantung Nana berdebar kencang. Telinganya terasa kelu mendengar perkataan terakhir Mathias dan tidak bisa mempercayainya. Nana tidak mempercayai Mathias sedikitpun, Mathias membencinya dan itu selalu dikatakan oleh banyak orang. Apa Mathias berkata seperti itu hanya untuk mengerjainya saja. Lagipula Mathias sudah berusia empat puluhan sedangkan Nana belum ada dua puluhan.

“Kau bohong,” ujar Nana dengan nada bergetar. “Aku tidak percaya padamu sedikitpun.”

Wajah Mathias berubah lemah. “Semakin hari kamu mirip dengan kakakmu, kamu semakin kaku walau di luar sana kamu selalu bersikap layaknya gadis periang tanpa beban.”

“Kau tidak tahu apa-apa tentang aku,” kata Nana dingin, sorot matanya berubah sendu. “Aku memang seperti ini sejak dulu.”

Mathias terdiam, dia merasakan sesuatu yang ganjil terhadap Nana. Sesuatu yang disembunyikan Nana sejak dulu, apakah hal itu berkaitan erat dengan sikap Nana terhadapnya.
“Katakan jika kamu ada masalah,” kata Mathias lembut.

Nana buru-buru meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apa-apa pada Mathias.

“NANA! TUNGGU!” panggil Mathias kelu.

Nana tidak mempedulikan panggilan Mathias tetapi Nana bisa merasakan dinginnya udara malam itu sekaligus kata-kata Mathias yang dilontarkannya sebelum Nana meninggalkan tempat itu. Malam semakin dingin dan Nana memutuskan untuk pulang ke rumah dan memikirkan sesuatu hal.

TBC

Jag alskar dig (swedish)= i love you

Jeg elsker dig (danish)=I love you

Min kaerlighed (danish)=my love

Jag hatar dig sa mycket (swedish)= I hate you so much

Men jeg elsker dig (danish)=But I love you

midsommardag= acara musim panas di swedia (midsummer day)

Bujangan Kohler

[[Plotnya minjem dari buku Bujangan Hart Terakhir dari Diana Palmer dan APH punya Hidekaz Himaruya]]



Danish Bar tidak terlalu ramai ketika mobil Mathias Kohler berhenti mendadak di lapangan parkir. Ia melangkah masuk ke restoran pinggir jalan itu dengan kemarahan yang menyala-nyala. Trio Baddass yang duduk di dekat pintu berhenti berbicara ketika melihatnya di pintu. Sepertinya Mathias benar-benar berbahaya.



Nana Oxenstierna memikirkan hal yang sama. Ia meyakinkan Berwald bahwa ia tidak takut pada Mathias, tapi tidak yakin lagi setelah Mathias melangkah ke arahnya dengan bibir terkatup rapat seperti ini.



Mathias berhenti di depan konter dan mengamati celemek panjang Nana, tangannya yang berlumuran tepung, serta pensil yang terselip di balik telinganya. Nana kelihatan sibuk. Trio Badass di konter menunggu paella dan pizza. Raivis menarik pizza di atas serok panjang dari oven besar di belakang Nana.



“Kemasi barang-barangmu!” perintah Mathias pada Nana dengan nada yang tidak pernah digunakannya sejak Nana kecil. Nana menatap Mathias dengan tatapan sengit. Ya, Nana pernah nyaris diculik oleh Francis Bonnefoy dan ketika Mathias menghajarnya, Nana baru menyadari alasannya sekarang. Ia nyaris celaka tetapi Nana tidak butuh diselamatkan sekarang.



Nana mengangkat dagu dan memandang Mathias gusar. Malam pesta dansa kembali terbayang dengan jelas. “Bagaimana kakimu?” tanyanya sinis.



“Kakiku baik-baik saja. Kemasi barang-barangmu,” ulang Mathias singkat sambil menggendong Nana. Nana terkesiap dan segera mengambil satu pitcher bir dan menyiramkan isinya ke arah Mathias.



“Dengar ya, aku.. Mathias!”



Bir itu tidak memperlambat langkahnya. Mathias membopong Nana di lengannya dan berbalik, membawanya ke pintu. Nana menendang-nendang dan berteriak sekuat tenaga.



“Turunkan dia, Kohler!” perintah Vash Zwingli.



Nana menggerutu. “Hajar dia, Zwingli.”



“Diam manusia senapan. Aku membawanya pulang ke tempat yang aman,” jawab Mathias gusar. “Nana tidak seharusnya bekerja di sini.”



“Ini bukan bar,” kata Vash. “Ini restoran pinggir jalan menuju luar kota. Mr. Kirkland tidak mengijinkan pemabuk masuk sini. Turunkan Miss Oxenstierna atau aku terpaksa memukulmu.”



“Dia bakal melakukannya,” Nana memperingatkan. “Dia bahkan pernah memukul pria yang lebih besar darimu. Ya kan, Zwingli?”



“Benar.”



Mathias tidak gentar . Ia memelototi Vash dan nadanya berubah menjadi berbahaya. “Dia harus pulang.



“Menurutku dia tidak ingin pergi, Mr. Kohler,” sela suara lain di belakang Mathias. Mathias berputar, masih membopong Nana di tangan besarnya. Orang itu, Eduard von Bock, sahabat Tiina Oxenstierna, istri dari Berwald Oxenstierna.



Mathias menatap Eduard berang dan menghajarnya secepat kilat. Nana menjerit ngeri. Tetapi Mathias tidak peduli sama sekali.



“DEMI APA, KAU!” bentak Nana ngeri melihat Eduard yang kini sudah berdarah-darah. “Kau tidak berhak mencegahku untuk bekerja di sini. Memangnya Belgie tidak akan keberatan kau disini menggangguku.”



Pipi Mathias memerah. “Aku tidak bertemu Belgie sebulan belakangan ini dan aku tidak peduli.”



Itu berita baru. Nana sama penasarannya dengan Eduard.



Vash masih menunggu. “Turunkan dia,” tegasnya.



Mathias makin geram. Wajahnya menegang. “Aku tidak tahu mengenai Vash tetapi kau, Eduard, cuma masalah sepele buatku.”



Mathias menonjok Eduard sekali lagi dan mata Mathias ganti menatap mata Nana dengan tajam. “Kau ingin terus bekerja di sini. Teserah! Tetapi jika kau dilecehkan pemabuk yang kurang ajar. Jangan menangis padaku.”



“Memangnya aku mau!” sembur Nana. Mathias pergi meninggalkan Nana dengan perasaan kesal sekaligus tertolak. Mathias tidak bisa lupa ketika Mathias terlibat affair dengan Belgie dan Nana melihatnya. Nana sangat mencintai Mathias tetapi Mathias selalu menganggapnya anak kecil. Ketika Nana menangis, barulah Mathias sadar betapa dirinya mencintai Nana. Selama ini, Mathias selalu membalas pendekatan Nana dengan hati-hati karena masalah perbedaan umur.



**



Mathias beruntung tidak ditangkap karena ngebut dalam perjalanannya ke rumah keluarga Oxenstierna. Sesampai di rumah keluarga Oxenstierna, Mathias membuka pintu rumah mereka dengan kasar. Tiina yang saat itu sedang menggendong anak pertamanya, Rin, terkejut dan ngeri melihat Mathias. Mathias tidak peduli. Sialnya di rumah itu sedang kedatangan tamu, Halldora dan Erik.



"Halo kambing," sapa Erik Kohl.



"Apa yang terjadi denganmu, Mathias?" tanya Peter ngeri. "Kau bau bir."



Mathias menggeram. "Katakan saja pada ayahmu yang bau kaleng ikan itu untuk menyuruh Nana keluar dari bar sialan itu," katanya dengan nada kejam.



"Ada apa?" tanya Berwald.



"Oh yeah, adikmu membaptisku di depan sekumpulan pemabuk sialan dengan satu pitcher bir. Bayangkan itu. BAYANGKAN." raung Mathias dengan lebaynya. "Dia meminta tukang pukul untuk memukuliku."



"Lalu?"



"Aku berkelahi dengan Eduard. Jaga sikap dia dan jangan mendekati Nana."



Berwald menutup mulutnya, menahan diri untuk tidak tertawa. Perkelahian ini akan menjadi buah bibir dalam sebulan. "Gawat," cetusnya.



"Bukan salahku," bentak Mathias. "Aku pergi ke sana untuk menyelamatkannya dari hinaan dan pelecehan pria-pria mabuk, dan lihat apa imbalannya? Aku basah kuyup, disiram bir, diancam pria senapan, ditertawai.."



"Siapa yang menertawaimu?" tanya Halldora penasaran.



"Asian bersaudara," kata Mathias geram.



Keluarga Oxenstierna plus Kohl saling beradu pandang. Mereka menyadari bahwa Mathias cemburu pada Eduard hingga orang bodoh pun bisa merasakannya. Mungkin Nana juga bisa merasakannya.



FIN

I Heart You [Fanfiction]

I Heart You



Disclaimer: Hidekaz Himaruya untuk APH. I Heart You-SM*SH



Warning: OOC, geje,gombal.



Pairing: Denmark x Fem!Norway



Note: Mathias=Den, Halldora=Norway, Tiina=Fem!Finland



Kenapa hatiku cenat cenut tiap ada kamu



Selalu peluhku menetes tiap dekat kamu



Hari itu merupakan hari sial bagi Mathias Kohler karena pasalnya gadis Norwegia yang dia sukai sejak lama, Halldora Rybak, sedang asyik mengobrol santai dengan musuh besarnya, Berwald Oxenstierna. Padahal Berwald sudah mempunyai istri yang berasal dari Finlandia yang bernama Tiina Vainamoinen.



"Kalian ngapain?" tanya Mathias curiga.



"Cuma ngobrol, gak boleh ya?" balas Halldora kesal. "Kok kamu yang ribut sih, anko uzai ."



Bisa dibayangkan bukan main cenat-cenutnya kepala Mathias melihat hal ini, lebih karena dulu Berwald dan Halldora adalah sepasang kekasih tetapi akhirnya putus karena banyak ketidakcocokan di antara mereka. Ketika mereka putus, Mathias sangat senang setengah mati karena pasalnya Mathias sejak dulu jatuh cinta pada Halldora tetapi betapa terkejutnya ketika Mathias mendapati Halldora sedang menjalin hubungan khusus. Ingatan itu sangat menyakitkan bagi Mathias walau hal itu sudah terjadi sepuluh tahun yang lalu.



"Ka-ka-kalian," kata Mathias tergagap sambil menunjuk Berwald dan Halldora yang saling bergandengan tangan. "Pacaran-"



Berwald dan Halldora menatap Mathias dengan tatapan bingung. Mereka tidak saling bicara untuk beberapa saat dan menatap satu sama lain lalu pada akhirnya ganti menatap Mathias.



"Mengapa tatapanmu seperti itu?" tanya Halldora heran. "Ada yang salah?"



Mathias buru-buru kabur dari tempat itu. Kepalanya terasa cenat-cenut setiap memikirkan masalah itu. Berwald, nama yang haram untuk disebut-sebut di depannya. Nasibnya sekarang lebih mirip Severus Snape yang rela jadi jodi aka jomblo ditinggal mati.



Seharusnya Mathias tidak perlu cemburu pada mereka tetapi rasa cemburu itu pasti tetap ada. Pacaran selama empat tahun itu bukan waktu yang sebentar. Well, memang usia Halldora dengan Mathias hanya berbeda dua belas tahun sedangkan jika Halldora dengan Berwald hanya berjarak sepuluh tahun saja. Tetapi demi Tuhan, Mathias ingin merutuki Berwald sepuasnya. Habis putus sama Halldora terus dapat gadis Finlandia yang beda usianya berjarak dua puluh tahun. Dasar pedo, batin Mathias dalam hati. Mana dapat istri yang masih awal dua puluhan pula.



Kenapa salah tingkah tiap kau tatap aku



Selalu diriku malu tiap kau puji aku



Walau Mathias merupakan orang yang ceria dan suka bercanda tetapi Mathias bisa salah tingkah, apalagi jika menyangkut Halldora. Jika Halldora menatap mata Mathias yang keunguan dengan tidak sengaja, Mathias biasanya hanya nyengir gaje. Padahal di dalam hatinya malu berat.



"Ehehe," kekeh Mathias sambil menahan malu yang amat sangat, wajahnya merah padam. "Aku ganteng ya?"



Halldora memalingkan wajahnya ke arah lain. "Jangan GR."



"Kok gitu?" tanya Mathias kecewa, sambil mendekati Halldora dan menyentuh pundak Halldora perlahan-lahan. "Kau marah padaku?"



"Bukan urusanmu," jawab Halldora kesal.



Mathias berpikir sesuatu untuk menarik perhatian Halldora. "Well,menurutmu aku orang yang bagaimana?"



Kali ini gantian Halldora yang wajahnya merah padam. Mathias Kohler, nama pria itu yang belakangan ini selalu mengganggu pikirannya. Hampir setiap hari Mathias datang kerumahnya untuk mengajaknya berkencan tetapi selalu ditolaknya dengan alasan Mathias menganggunya.



"Ayo jawab pertanyaanku!" desak Mathias.



Lebih baik aku panggilkan troll saja untuk mengusir manusia berisik ini. Sudah cukup aku diganggu oleh orang gila yang ada di hadapanku ini.



"Menurutmu?" Halldora balik bertanya.



"Ayolah," desak Mathias. "Kita kan teman baik."



"Siapa sudi menjadi temanmu. Walaupun harus kuakui kau itu baik," kata Halldora cepat.



Mathias nyengir sambil memperlihatkan giginya. Halldora menutup mulutnya sendiri dengan wajah memerah. "Lupakan kata-kataku barusan," katanya lagi.



"Pengakuan yang jujur," kata Mathias gembira dan menggoda Halldora yang wajahnya semerah tomat Lovino. "Ayo katakana sekali lagi."



"TIDAK MAU!" seru Halldora.



Kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku



Selalu merindu romaku tiap kau sentuh aku



Setiap Halldora memanggil nama Mathias, baik Halldora terpaksa memanggilnya ataupun tidak sengaja, lidah Mathias terasa kelu. Ingin rasanya mendengar Halldora memanggil namanya sekali lagi.



Hampir setiap malam juga, Mathias merindukan sentuhan Halldora walau Mathias belum pernah merasakannya sedikit pun dan hanya di dalam mimpi Mathias saja.



"Nggh, sentuhanmu lembut," erang Mathias sambil berguling-guling di tempat tidurnya. "Aku suka sentuhanmu yang lembur. Lakukan lagi-"



Sementara itu, di suatu rumah. Seorang gadis Norwegia bersin dengan keras.



"Ada apa, kak Halldora?" tanya Erik Kohl, adik angkatnya yang masih SMA yang berasal dari Islandia. "Sejak tadi bersin-bersin terus."



Halldora mengambil tisu dan mengusapkan hidungnya. "Ada yang ngomongin aku kayaknya."



Erik menggaruk-garuk kepalanya. Mungkin ada seseorang yang jatuh cinta pada kakak tirinya.



Kenapa otakku beku tiap memikirkanmu



"WOI!" seru Vash Zwingli pada Mathias yang sedang melamun sendirian di kantor perbankan Swiss. "GILIRANMU JAGA WOI!"



Mathias bergeming dan tidak mempedulikan bosnya yang berteriak-teriak padanya. Kepalanya dipenuhi oleh Halldora. Walau sudah lama Mathias mencintai Halldora tetapi semakin lama Halldora memabukkan dirinya. Bahkan di kantor saja, Mathias sering melamun dan salah tingkah.



Vash yang melihat pemandangan itu ingin tertawa tetapi dengan cepat Vash menggebrak meja Mathias dan Mathias langsung tersadar dari lamunannya.



"Kau itu kenapa?" tanya Vash dan melototi Mathias. "Kalau seperti ini lama-lama kau kupecat."



Mathias langsung memasang aksi drama queen-nya dengan segera, yang sukses membuat Vash muntah karenanya. "Jangan dong om, kepala saya lagi cenat-cenut begini kok malah dimarahin. Tega nih, you know me so well, ah."



Vash menarik nafas panjang. "Daripada nyanyi gak jelas, dua hari ini kau kuliburkan dulu."



"HORE!" seru Mathias seperti anak kecil dan berdiri dari kursinya secara tiba-tiba. "TAKK!"



Vash mendudukan Mathias kembali ke kursinya. "Ada syaratnya. Kau harus membuat Halldora jatuh cinta padamu atau gajimu akan kupotong."



Mathias tersedak, ini adalah bagian tersulit yang harus dilaluinya. Mengecewakan.



Selalu tubuhku lunglai tiap kau bisikan cinta



Membuat Halldora jatuh cinta, tentu itu sangat sulit sekali. Sama sulitnya menghadapi Ivan Braginski, bos besarnya yang sadis.



"Mathias, jeg elsker deg."



Mathias cengegesan seperti orang gila. Air liurnya menetes dari dalam mulutnya membasahi bantal miliknya.



Tahukah kamu saat kita pertama jumpa



Hatiku berkata padamu ada yang berbeda



Mathias ingat pertemuan pertama mereka yang tidak terlalu baik. Mereka pertama kali bertemu karena kesalah pahaman.



Mathias sangat jengkel pada hari itu mengingat salah satu kliennya yang sering membuatnya marah hanya karena hal-hal kecil. Di kafe kecil, Mathias hanya mengaduk-aduk jus jeruknya dengan perasaan kesal. Menyedotnya dan menumpahkannya kembali, seperti anak kecil.



"Hej, boleh aku pinjam bangku sebentar?" tanya seorang wanita sambil menepuk bahu Mathias perlahan. Mathias tidak menjawab pertanyaan wanita tersebut dan asyik memainkan minumannya sendiri.



Wanita itu tampak kesal diabaikan oleh Mathias lalu bertanya sekali lagi sampai pada akhirnya Mathias kesal dan menyemburkan minumannya ke wajah wanita tersebut.



"JANGAN BUAT AKU MARAH. KAU-"



Omongan Mathias terputus dan baru menyadari Mathias sedang berbicara dengan siapa. Seorang gadis cantik berambut pirang dengan jepit biru di rambutnya. Warna matanya sangat indah.



"Ma-maaf," kata Mathias gugup.



Gadis itu kesal akan perlakuan Mathias dan akhirnya gadis itu menampar Mathias sekuat tenaga di depan tamu yang lainnya. "Cowok bego."



"Kak Halldora," cegah seorang laki-laki berambut pirang. "Sudahlah."



Mathias tergugu, matanya terus memandangi gadis itu hingga menjauh darinya. Jadi namanya Halldora, nama yang manis.



Mathias tertawa geli mengingat kejadian itu. Kesalahpahaman yang bagus, gumam Mathias. Karena jika hal itu tidak terjadi, Mathias tentu tidak akan bisa mengenal Halldora atau bahkan mencintainya.



Kau izinkan aku tuk dapat rasakan cinta



Hatiku rasakan cinta yang buatku salah tingkah



Pagi-pagi buta Halldora terbangun dari tidurnya. Ada suara berisik di dekat kamarnya. Perlahan-lahan Halldora membuka jendelanya dan mendapati seseorang menyanyi di dekat jendela kamarnya. Mathias Kohler.



"I know you so well, You know me so well. You heart me girl, I heart you back. I know you so well. Girl, I need you. Girl, I love you-"



Mathias menyanyikan lagu itu dengan semangat empat lima sambil memainkan gitar dan Halldora menatap Mathias dengan tatapan heran. Tentu saja Halldora heran karena ada seorang pria mengunjungi rumahnya pada pagi-pagi buta seperti ini. Gak ada kerjaan banget dah ini orang, begitu pikir Halldora. Mana sambil bawa satu buket bunga mawar yang ditaruh di keranjang dan rambut diklimisin terus malah nyanyi-nyanyi lagu alay macam apa pula. Malah tambah mirip Snape pula.



"Hej, min kaereste," goda Mathias dengan gaya terbaiknya. "Menungguku?"



"E-enak saja," jawab Halldora. "Gayamu aneh."



"Ini gaya terbaru lho," kata Mathias. "Masa kau tidak suka dengan gayaku?"



Halldora membuang mukanya ke arah lain. "Kau tidak sopan, menyanyi tengah malam begini. Suaramu fals begitu."



Mathias menghentikan permainannya dengan wajah kecewa. "Jadi aku tidak berarti bagimu sekarang ya? Kau masih cinta sama si kaleng ikan itu?"



Halldora tidak menyangka bahwa kali ini ucapannya membuat Mathias merasa sedih. "A-Aku tidak bermaksud."



Mathias mencium bibir Halldora secara tiba-tiba. "Bercanda, aku hanya ingin menggodamu saja. Sejak dulu kau sangat manis bila digoda."



"KAU!" bentak Halldora sambil memukul Mathias. "MESUM!"



"Pukulanmu selalu penuh cinta," gumam Mathias sambil senyum-senyum sendiri. "Jadi bagaimana perasaanmu padaku?"



Halldora tidak menjawab dan hanya terdiam di tempatnya.



"Bagaimana?" desak Mathias.



Masih tidak menjawab sama sekali dan lebih memilih diam saja. Halldora malu mengakuinya bahwa Mathias kini telah mencuri hatinya. Halldora tidak ingin membuat Mathias besar kepala jika mengetahuinya.



Tetapi Halldora akan merasa lelah jika dia terus membohongi perasaannya sendiri. Sudah cukup dia gagal sekali dalam percintaannya, dia tak mau gagal sekali lagi.



"Aku menyukaimu. Puas!" seru Halldora dengan wajah merah padam.



Mathias tersenyum santai dan merasa lega. Selain dia bisa mengalahkan Berwald, ternyata Mathias juga berhasil memenangkan hati Halldora. Hidup terasa lengkap dan indah.



Tak ada yang bisa memisahkan cinta



Waktupun takkan tega



Kau dan aku bersama selamanya



FIN



OMAKE



Mathias masuk ke kantornya dengan perasaan riang gembira. Vash memandang anak buahnya dengan tatapan heran. Pertanda buruk lagi ini, gumam Vash di dalam hatinya.



"Halo!" seru Mathias riang dan melambai-lambaikan tangannya. "Sukses besar lho. Dia menerima cintaku."



"Lalu?" tanya Vash. "Memangnya kenapa?"



"Naikkan gajiku ya!" kata Mathias tanpa tedeng aling-aling.



Vash memukul kepalanya sendiri, sial benar dia diperas oleh anak buahnya sendiri. "Memangnya aku pernah bilang akan menaikkan gaijimu jika dia menerima cintamu?"



"Pernah-pernah aja," jawab Mathias santai dan cuek.



"ARGH!"



A/N Demi neraca saldo gak seimbang yang gak bisa diretur. Gw kerasukan setan darimana sampe bikin ini fic. Maaf buat SM*SH blast yang gak suka sama ini fic, saya cuma iseng bikinnya tanpa bermaksud menghina. Btw, ada yang bersedia komen ini fic. Flame tidak diterima



With love, Sverige-Suomi



Takk (danish)=terima kasih



min kaereste (danish)=sayangku



jeg elsker deg= I love you

Længes om dig/Historical Fiction [[Written by Me]]

Længes om dig

Disclaimer: Hidekaz Himaruya untuk APH

Timeline: Sebelum dan sesudah masa Kalmar Union (http://en.wikipedia.org/wiki/Kalmar_Union)

Pairing: Nana Oxenstierna (OC) x Mathias Kohler

Warning: Info sejarah yang salah ._., AU, OOC, OC

Genre: Historical Romance



Oxenstierna Residence

Swedia, 1524



Nana Oxenstierna belakangan ini merasa sulit tidur. Peruntungannya sangat buruk dan hatinya terus merasa kacau. Kakaknya sudah memberikan Nana ultimatum untuk menjauhi Mathias tetapi sering kali Nana tidak menurut dan diam-diam berlayar menuju ke Denmark untuk menemui Mathias. Mathias yang pada saat itu sedang pergi berperang, hanya bisa berkirim surat pada Nana.



Tentu saja Berwald yang mengetahui hal itu menjadi marah dan memukul Nana, serta mengancam gadis itu. Berwald tahu bahwa perbuatannya keliru tapi dia tidak ingin Nana terluka dan dikhianati.



"Jauhi pria itu, Nana. Dia musuh kita sekarang."



Nana Oxenstierna, sang personifikasi Oresund yang baru berusia lima belas tahun, menatap kakaknya yang merupakan personifikasi Swedia, Berwald, dengan tatapan sedih. "Aku rasa dia tidak jahat, dia hanya.."



"Hanya apa?" tanya Berwald datar sambil menatap Nana tajam. "Denmark berniat menguasai Swedia dan juga Norwegia, kau masih bisa bilang dia tidak jahat!"



Nana tidak bisa mempercayai ucapan kakaknya. Bagaimana seorang Berwald Oxenstierna yang selalu Nana banggakan, ternyata berpikiran picik hanya karena Denmark menguasai Swedia."Hanya karena dia orang Denmark bukan berarti bahwa dia jahat," pinta Nana memelas. "Aku yakin Mathias tidak begitu, rajanya hanya menyuruhnya menyerang Swedia dan itu bukan keinginannya. Dia terpaksa melakukannya."



"Kau terlalu dibutakan oleh cintamu sendiri," sindir Freyja, anak termuda di keluarga Oxenstierna. "Tidak dewasa."



Berwald sudah muak mendengar ocehan adik semata wayangnya. Pria itu sudah melakukan sesuatu padanya dan Berwald sangat yakin bahwa Mathias telah menghasutnya. Dulu ketika jaman Kalmar Union berjaya, Berwald, Mathias dan Halldora merupakan sahabat baik. Perpecahan itu terjadi tepat setelah Kalmar Union pecah dan rajanya memerintahkan ketiga negara asal mereka untuk membentuk kerajaan sendiri. Dan Berwald masih bisa ingat ketika Mathias berteriak ingin ikut menguasai Swedia atau Norwegia, Berwald langsung tersadar apa yang sebenarnya Mathias inginkan.



Pria itu berbahaya untuk adiknya yang berbeda lima belas tahun darinya. Terlalu riskan. Bahkan dibandingkan dengan Mathias Kohler juga terlalu jauh, berbeda delapan belas tahun. Sekalipun Mathias belum memiliki istri, tetap saja Berwald tidak akan menyerahkan Nana pada si peminum bir seperti Mathias. Berwald memiliki rencana untuk menjodohkan Nana dengan pria Swiss bernama Vash Zwingli.



Nana menolak setengah mati ketika Berwald berkata bahwa dia akan dijodohkan dengan Vash. Nana takut pada Vash, Vash memiliki kebiasaan mengancam orang lain dengan pistolnya termasuk dirinya yang pernah diancam karena menimbulkan keributan di sekolah.



"Kakak! Aku benci Vash dan lebih tepatnya aku takut padanya!"



Berwald tidak memperdulikan keluhan Nana dan melengos pergi.



Nana menangis, wajah cantiknya kini dipenuhi air mata. Nana masih terlihat cantik bahkan ketika dia sedang menangis. Hatinya terasa hancur lebur, kebencian kakaknya telah membuatnya menderita.



Sakit tak tertahankan. Semua terasa gelap.



Berwald tentu tidak tahu bahwa Nana masih menyimpan semua surat yang dikirimkan Mathias untuknya. Hampir tiap minggu, Mathias selalu mengirimkan dia surat. Diam-diam mereka menjalin hubungan walau jarak usia mereka berbeda delapan belas tahun. Mathias sempat berjanji bahwa ia akan menjadikan Nana istrinya setelah Nana berusia delapan belas tahun.



Sampai sekarang, Nana masih sering teringat kenangan mereka saat pertama kali mereka bertemu. Di pesta dansa, pada waktu dua tahun yang lalu.



Nana hanya berdiri di sudut kiri, untuk menunggu seseorang yang akan mengajaknya berdansa tetapi tidak ada yang mengajaknya berdansa karena Nana masih berusia tiga belas tahun. Nana menatap Berwald dengan tatapan iri, dia sudah mendapatkan pasangan dansanya, seorang gadis Finlandia yang hanya berbeda beberapa tahun dari usianya. Musik memainkan lagu dengan riang tetapi berbeda dengan hati Nana. Percuma saja berdandan cantik jika tidak mendapatkan pasangan dansa, begitu pikir Nana. Aku masih anak-anak.



"Vil du danse med mig?"2)



Nana menoleh ketika melihat seorang pria berambut coklat dengan gaya sedikit berantakan tetapi tampan, mengulurkan tangannya dan mengajaknya berdansa. Nana tampak salah tingkah sekarang, wajahnya bersemu merah.



"Er..," gumam Nana.



Mathias menarik tangan Nana dengan lembut. "Ayo jangan malu-malu," ujarnya. "Sayang kalau pesta semegah ini, kamu hanya diam saja di sini."



Nana tidak menjawab perkataan Mathias dan hanya menurut pada Mathias, mengikuti pria itu.



TBC



Terjemahan:



Længes om dig (Dansk)=Yearn about you

2) Vil du danse med mig? (Dansk)=Maukah kau berdansa denganku?



Cerita bersambung nih.. ntar kalau gw lagi mood gw lanjutin.. Ciao #PLAK

Scandinavian Explorer [[Summary and Opinion]]

Judul Buku: Scandinavian Explorer- 18 Hari Backpacking Mengintip Fjord, Viking, Salmon
Pengarang: Asanti Astari


http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/197924_203133223047122_100000513376027_788912_8153774_n.jpg
((foto bukunya))

Sinopsis

Reputasi Scandinavia sebagai kawasan negara-negara mahal membuat banyak orang langsung 'ciut'ketika mendengarnya, apalagi diajak travelling ke sana. Denmark, Norwegia, dan Swedia selalu berada di deretan atas negara-negara termahal di Eropa, bersaing dengan Jepang menduduki posisi negara termahal di dunia. Lalu... lalu, bagaimana dong nasib kita para backpacker, yang gaya jalannya serba pas-pasan, yang lebih memilih tidur di stasiun daripada hotel, yang mengorbankan nikmatnya makanan hangat demi murahnya setangkup roti dingin, yang selalu mengisi botol air minum di keran, yang berprinsip... kalo bisa gratis kenapa mesti murah?

Dalam catatan perjalanannya selama kurang lebih 3 minggu, Penulis mengajakmu menembus birunya fjord dan hijaunya hutan pinus Norwegia, menjelajahi negaranya ABBA, dan menyaksikan gemerlapnya Tivoli Denmark. Membuka keindahan negeri yang seolah menjadi momok bagi kaum backpacker 'dhuafa' dengan tips dan trik berhemat. Membuka pikiranmu bahwa Eropa tidak hanya selebar Paris, Italia, dan Inggris.

Dengan perencanaan cermat, bahkan Scandinavia bisa ditaklukkan... oleh para backpacker sekalipun!

"Sebuah tulisan yang sangat menarik dan 'hidup' mengenai perjalanan seorang turis yang uangnya paspasan ke negara-negara Scandinavia yang belum banyak dikunjungi orang Indonesia." --Sukadiah Pringgohardjoso, Mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Denmark.


My Opinion:

Saya dapat ini buku karena hadiah sih sebenarnya dan saya baru tahu berapa harga buku ini pas ini buku di kasih. Jujur saya lumayan syok pas lihat harganya sampai delapan puluh ribuan. Perasaan sebulan yang lalu saya beli buku tentang relasi Indonesia-Polandia yang tebalnya 500 halaman tapi harga lebih dari separonya, lah ini harganya delapan puluh lima ribu dan tebalnya cuma dua ratus halaman doang (begitu pikir saya karena waktu itu bukunya disegel -_-). Tetapi setelah saya baca itu buku saya baru menyadari mengapa harganya mahal. Jelas aja mahal karena itu buku pakai kertasnya yang bagus dan halamannya full colour. Selain itu juga banyak foto-foto tempat menarik (rugi kalau gak baca sebenarnya). Kalau buku mengenai relasi Indonesia-Polandia itu minim gambar dan kebanyakan tulisan semua #plak

Udah dulu curhatnya, bagi penyuka negara Eropa Utara wajib beli karena buku ini ditulis dengan sudut pandang orang Indonesia yang mempunyai budget pas-pasan untuk menaklukkan Scandinavia (tahu sendiri lah negara-negara Scandinavia itu mahalnya kayak apa, lebih mahal dari USA pula). Selain itu terdapat tips-tips penting sebelum menjelajah Scandinavia agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ada penjelasan mengenai perbandingan harga produk yang di sana dengan di negara ini. ASTAJIM, MASA DI SANA AIR MINERAL HARGANYA SEPULUH KALI LEBIH MAHAL DIBANDINGKAN DI SINI. APAPUN JUGA SEPULUH KALI LEBIH MAHAL DARIPADA DI SINI KECUALI DI IKEA (Ya iya, semua harga di toko IKEA itu sama aja, cuma beda tipis dan yang jadi masalah kapan IKEA buka di Indonesia. Papa saya bakalan betah belanja di sana kalau IKEA sampai dibuka di sini secara doyan banget belanja-belenji di tempat macam ACE Hardware.)

Mengenai konten bahasa yang dibawakan pengarang cukup santai dan membuat orang-orang tertarik untuk membacanya berulang-ulang. Cuma rada kecewa juga Finlandia sama Islandia gak ada karena sang pengarang tidak sempat mengurus visa untuk ke sana (#nangis).

Walaupun gak selengkap Lonely Planet-Scandinavian Europe tetapi saya cukup puas dengan buku ini. Sekedar catatan, pengarang hanya membahas mengenai rute Frankurt-Berlin-Copenhagen-Stavanger-Bergen-Oslo-Trysil-Stockholm. Lumayan juga kan ada gambaran.

((Sekalian numpang curhat pribadi, jujur setiap baca buku Scandinavia hasrat saya untuk kesana makin gede banget -_-. Ntar deh kalau udah sukses tak jabanin semua tempatnya. Yang pertama aku jabanin Swedia karena pengen ke Vasa Musset, Gamla Stan, Axel Oxenstierna Palace, Grona Lund, Absolut Ice Bar (hej -_-), Little Sweden dan pengen ke restoran tradisionalnya, semuanya dah gw jabanin sekalian cari cowok ganteng (#ampunDJ). Kalau ke Denmark palingan apa ya yang gw incer? Kesejahteraan mereka mungkin atau gak pemandangan indahnya. Ke Norwegia main ski doang. Sisanya rada bingung mau ngapain.

Yang jelas kalau saya dikasih kesempatan ke sana dengan uang saku berlebih saya bakal beli barang-barang khas negara Scandinavia dan tidak lupa ngambilin brosur gratis yang ada di sana. Ckckck))