Wednesday, April 20, 2011

Med Dig Bara [Last Chapter]

Last Chapter-Watercolor of Me


Nana masih terdiam di dalam ranjangnya tanpa berani menatap Mathias sedikitpun. Dia sudah lelah dengan kejadian yang selalu saja menimpanya. Belum selesai masalah satu yang dibuatnya kini sudah datang lagi masalah yang lainnya. Seolah-olah Nana tidak diberikan kesempatan untuk hidup tenang.

"Nana," panggil Mathias pelan. "Sudah baikan?"

Nana tidak menjawab satu patah katapun pada pria Denmark itu. Untuk apa Nana menjawab kata-kata pria yang telah membuat Nana patah hati dan terluka karenanya. Nonsense.

"Ja," ujar Mathias. "Kau membenciku?"

"Nej!" bentak Nana. "Bukan urusanmu jika aku membencimu. Kau pria yang menyebalkan yang pernah kutemui. Akan kupanggil Bror untuk-"

Nana terdiam sesaat dan air matanya kembali tumpah. Nyaris saja dia menyebutkan nama kakaknya. Cinta keduanya dan yang paling terdalam. Tanpa sadar Nana terisak-isak di ranjangnya, di hadapan Mathias.

"Benci," isak Nana. "Aku benci padamu, semuanya-"

"Tapi aku tidak benci padamu," balas Mathias. "Aku mencintaimu. Aku tidak mengerti mengapa kamu membenciku. Beri aku alasan, kumohon!" pintanya dan menarik tangan Nana.

Nana merasakan dari nadanya bahwa Mathias serius padanya tetapi Nana juga tahu bahwa Mathias pria yang berisik, selalu seenaknya sendiri, blak-blakan dan berbagai macam lainnya. Dan kekurangan lainnya yang bisa ditulis Nana adalah bahwa Mathias seorang pedofil sejati karena dia berteman dengan teman-teman Nana yang Nana paling benci. Jadi, menurut Nana, Mathias tidak layak dipercaya. Bukankah ketika Nana kecil, Mathias mengatakan pada temannya (atau lebih tepat musuh beratnya) bahwa dirinya membenci Nana. Anak kecil tidak pernah berbohong dan Nana mengerti hal itu.

"Lepaskan aku, pedofil!" seru Nana, menepis tangan Mathias dan terbangun dari ranjangnya dengan posisi duduk. "Aku tahu semuanya, kau membenciku setengah mati."

"Nej! Aku tidak punya alasan untuk membencimu. Sama sekali tidak ada!" balas Mathias dengan nada terkejut. "Darimana kau mempunyai ide seperti itu?"

"Kau pedofil," semburnya sekali lagi. "Jangan bilang kau bilang pada teman-teman kecilmu yang notabene musuhku selama aku sekolah jika kau membenciku. Bedebah!" rutuknya.

Nana tidak mau mengucapkan kata-kata itu di depan Mathias jika dia bisa, terutama alasan Nana menjauhi Mathias. Nana takut jika hal itu memang benar adanya. Rasa sakit hatinya tidak tertahankan. Nana benci jika teman-temannya merebut perhatian dari orang-orang yang Nana sayangi. Nana merasa kehilangan dan terancam.

Mathias duduk di samping Nana dan mengecup pucuk kepala Nana perlahan dan menarik Nana ke dalam pelukannya. "Aku tidak benci padamu, dia bohong. Yang benar mungkin dia cemburu padamu."

"Buat apa dia cemburu padaku?" tanya Nana dengan wajah memerah ketika berada di pelukan pria Denmark tersebut. Tubuhnya serasa menegang seperti tersengat aliran listrik yang tidak pernah padam.

Mathias masih tetap memeluk Nana. "Kau cantik sekali," ujarnya setengah meracau. "Lebih dari yang kubayangkan."

"Te-tentu saja," jawabnya gugup. "Ka-ka-karena aku seorang artis."

Mathias mendekatkan wajahnya ke wajah Nana secara perlahan-lahan. "Aku tidak menganggapmu seorang artis tetapi seorang wanita seutuhnya. Seorang wanita yang terlihat cantik untukku. Hanya dirimu seorang."

Nana ingin tertawa mendengar pengakuan Mathias tetapi Nana menahan dirinya. "Aku sudah dengar macam-macam rayuan gombal dari para fans," ujar Nana sombong tetapi wajahnya kini berwarna merah muda. "Tapi-"

Kata-kata Nana terputus dan wajahnya memerah bagaikan tomat rebus.

"Tapi apa?" tanya Mathias perlahan.

"Senang mendengar kata-kata itu darimu. Sungguh di luar dugaanku," katanya gugup dan berusaha menyembunyikan rasa senangnya karena Mathias ternyata tidak membencinya, hanya kesalahpahaman semata serta ketololan dirinya sendiri. "Maafkan kata-kataku yang sebelumnya."

"Ja," jawab Mathias tertawa. "Kau manis sekali. Tidak berubah sejak kau kecil. Dan kau sempurna di mataku."

Nana menjentikkan hidung Mathias dan nyengir. "Jangan berkata gombal, aku tidak suka."

Mathias dan Nana terdiam dan memandangi satu sama lain. Beberapa saat kemudian keduanya tertawa.

"Kau bisa tertawa lepas juga,ya?" ujar Mathias dengan wajah yang pura-pura terkejut.

"Tentu saja!" seru Nana kesal.

Mathias berdiri dan mengelus rambut Nana dengan lembut. "Sepertinya kamu sudah sehat," ujarnya lembut. "Aku akan pulang dulu dan jaga dirimu baik-baik."

Nana mengangguk dan Mathias pamit pulang serta berjanji akan mengunjungi Nana lagi jika Nana menginginkannya bahkan Mathias sempat mengingatkan Nana untuk lebih fokus pada ujian nasionalnya ketimbang dunia entertaimennya.

"Aku tidak akan seperti itu," ujar Nana sambil mengikuti Mathias ketika Mathias berjalan ke arah pintu keluar. Ada rasa sepi ketika Mathias pamit pulang tetapi toh besok Mathias masih bisa mengunjunginya lagi.

Anehnya Nana merasa seperti itu lagi, setelah sekian lama.

"Mathias," ucap Nana lirih tanpa Nana sadari, wajahnya memerah.

***

Tiga minggu berlalu dan sejak saat itu, hubungan Nana dan Mathias semakin dekat dan akrab. Sikap Nana yang awalnya kasar terhadap Mathias mulai berubah perlahan-lahan. Perasaan Nana terhadap Berwald mulai pupus perlahan-lahan seiring dengan waktu dan fakta yang sebenarnya muncul belakangan ini walaupun hati Nana masih terasa sakit melihat Berwald dan kekasih Finlandia-nya beromantis-romantisan ria di rumahnya. Sore itu, setelah ujian nasional selesai dilaksanakan, Nana berkunjung ke rumah Mathias yang mewah hanya sekedar ingin tahu keadaan Mathias dan apa reaksinya jika dia berkunjung ke rumahnya. Yeah, selama ini memang Mathias yang sering mengunjungi Nana tetapi sesekali Nana ingin mengunjunginya. Setengah berharap Mathias sedang tidak ada di perusahaan hari itu karena Mathias adalah pria yang mapan dan jarak usia mereka lebih cocok untuk usia ayah-anak. Semakin Nana memikirkan mengapa Mathias mencintainya padahal Nana masih anak-anak membuat Nana semakin pusing karenanya.

Kira-kira dia akan bilang apa kalau aku muncul di depan rumahnya. Apa dia akan senang atau kecewa?

Sesampainya di rumah Mathias, dengan gugup Nana memencet bel yang ada di sana. Beruntung reaksi Mathias tidak terkejut melihat kedatangan Mathias melainkan sangat antusias melihat Nana berada di depan pintu rumahnya. Dengan spontan Mathias memeluk Nana hingga Nana sesak nafas.

"NANA, JA~!" seru Mathias dengan riang seperti bapak-bapak yang memiliki anak kecil. "Bagaimana ujianmu?"

Nana bersemu merah ketika Mathias tiba-tiba memeluknya. "Cukup baik," jawab Nana dingin dan menyembunyikan kegembiraannya di hati yang terdalam. "Soalnya terlampau mudah untukku."

"Dasar bocah," ledek Mathias sambil menjitak Nana.

Nana berjengit. "Diamlah! Aku serius dengan perkataanku sendiri."

"Tidak lulus baru tahu rasa kau," sindir Mathias dengan nada bercanda.

"Tidak akan, weee!" balas Nana dan menjulurkan lidahnya seperti anak kecil berusia empat tahun. "Aku sudah belajar keras selama ini."

"Tetapi kau selama ini tidak teratur pola belajarnya," Mathias membalas Nana. "Seringkali kau tidak masuk sekolah.

Nana terdiam, kata-kata Mathias barusan tanpa sadar menusuk hatinya. Memang benar selama ini Nana jarang masuk sekolah karena karirnya. Tetapi alasan sebenarnya Nana jarang masuk sekolah adalah karena Nana lebih takut berada di sana. Sekolah merupakan kenangan buruk bagi Nana. Nana benci dimana ketika Nana dikucilkan dan dijauhi. Benci karena harus bertemu dengan adiknya yang selalu menghinanya sedemikian rupa. Seribu satu kata dijabarkan betapa Nana membenci hal tersebut.

"Maaf," kata Mathias tiba-tiba ketika melihat ekspresi Nana yang tiba-tiba berubah muram. "Aku tidak bermaksud menghinamu," tambahnya.

Nana memaksakan seulas senyum di wajahnya. "Ya, aku tahu dan sangat mengerti."

Mathias tidak percaya dengan kata-kata Nana dan mencerna kata-kata Nana sedikit demi sedikit. Sejauh yang bisa dipahaminya. Sebagai gantinya Mathias bertanya pada Nana hal yang lainnya.

"Lalu setelah lulus rencana ingin kemana?" tanya Mathias penasaran. "Apa kau tidak ingin kuliah?"

"Kenapa aku berpikir seperti itu?" tanya Nana dengan nada heran. "Yang ada aku ingin mundur dari dunia entertaimen. Buatku hal itulah yang membuatku hancur dan terjerumus."

Mathias terkejut mendengar perkataan Nana. "Kenapa kau menghancurkan apa yang kau bangun. Dan kau serius akan hal itu?"

Jelas Nana sudah memikirkannya dengan matang. Bagi Nana kepuasan batin yang benar-benar dirasakannya ketika dia bekerja di belakang layar dan bukan di atas panggung. Rasanya luar biasa ketika buku pertamanya diterbitkan dan mendapatkan penghargaan tetapi Nana tidak punya banyak lagi kesempatan untuk melakukannya karena kesibukannya. Pekerjaan itu membuat Nana merasa tidak berarti dan hampa. Nana capek jika harus tersiksa dan merasa tidak bahagia. Dia sudah dewasa, dia tahu harus memilih jalan hidupnya sendiri. Panggilannya yang sesungguhnya.

Nana terkekeh pelan. "Lebih baik jadi manusia biasa dibandingkan sukses tetapi memiliki hati yang beku. Aku sudah memikirkan sejak setahun yang lalu. Dibandingkan menjadi model dan pemain film, aku justru menemukan kepuasan batin ketika aku yang turun tangan di dalamnya, maksudku berkreasi di dalamnya."

"Aku pernah melihat bukumu diterbitkan dan kau sangat menjiwainya, Nana. Potensi di dalam dirimu sungguh luar biasa. Kau berbakat di banyak bidang,yang tidak orang lain punya," kata Mathias jujur. "Aku tidak memuji tetapi itulah faktanya."

Senyuman Nana mengembang di wajah cantik alaminya. "Terima kasih kau menyadarinya," ujar Nana dengan penuh ketulusan. " Aku sungguh senang sekali karena kau mau memahaminya."

Mathias menutupi wajahnya yang memerah dengan salah satu tangannya. "Ya Tuhan," rutuknya. "Sejak kau kecil kau selalu membuatku memerah seperti ini. Apa salahku-"

"Pesonaku terlalu kuat," jawab Nana sambil tertawa lepas. "Bahkan kau terpana padaku."

Sayangnya Nana benar dan Mathias tidak berani bicara banyak lagi mengenai itu. Mengumbar cinta pada Nana saja membuat Mathias salah tingkah. Mathias masih menutupi wajahnya dengan tangannya.

Diam-diam Nana tersenyum geli melihat ekspresi Mathias yang seperti itu. Itu berarti Mathias benar-benar mencintainya. Lagipula siapa yang bisa mencintai dirinya sejak Nana kecil, walaupun ada kesalahpahaman, Mathias tetap mencintainya. Ketika Nana mulai suka berganti-ganti pasangan kencan, Mathias tetap menunggunya bahkan sabar menghadapinya. Bukankah bukti itu sudah cukup bahwa pria itu benar-benar mencintainya setulus hati. Dan bodohnya, gadis itu tidak menyadarinya. Terpaku dengan kekurangannya sendiri.

"Maafkan aku," ujar Nana lembut dan menurunkan tangan Mathias perlahan. Tetapi sesaat Nana mundur sejenak dan memandangi Mathias dari atas dan bawah dengan jarak sedekat ini. Mathias sangat rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitamnya. Tubuhnya wangi aroma aftershave. Nana menyentuh telapak tangan kiri Mathias dan melepaskannya kembali lalu membalikkan badannya dengan wajah memerah.

Mathias menyadari perubahan sikap Nana yang terlalu tiba-tiba. "Mengapa berhenti, min elskede?"

"Tidak apa-apa," jawab Nana gugup. "Aku tidak mengerti perasaanku sendiri. Hanya terlalu-"

Kata-kata Nana terputus. Mathias menjeratnya seperti ini, tanpa dia sadari. Cinta lamanya tumbuh kembali seperti ketika Nana masih kanak-kanak. Tetapi perasaan ini sangat kuat.

"-terlalu banyak masalah aneh-aneh," Mathias melanjutkan perkataan Nana.

**

Semakin hari perasaan Nana terhadap Mathias semakin kuat, bahkan rasa cinta ini terlampau kuat dibandingkan ketika masa kanak-kanak. Cintanya terhadap Mathias jauh lebih besar daripada cintanya terhadap Berwald. Keakraban mereka beberapa bulan belakangan ini adalah penyebabnya.

Nana sudah benar-benar memikirkannya selama empat bulan ke depan untuk keputusannya sendiri. Kini Nana sudah lulus dari SMA dan Nana sudah memutuskan untuk tidak kuliah selama setahun untuk benar-benar merenungkan segala sesuatunya. Keputusan Nana untuk mundur dari dunia hiburan sudah tidak bisa diganggu gugat. Dan Nana sudah mengumumkannya di media pers beberapa hari yang lalu.

Ruang hotel itu berisi wartawan-wartawan yang datang. Wajah para wartawan tersebut tampak tegang dengan kabarnya Nana akan mengundurkan diri dari dunia keartisan dan Nana mengadakan konferensi pers untuk memperjelas semuanya. Wartawan yang hadir di sana, dari berbagai belahan dunia, berharap-harap cemas. Mereka tahu bagaimana reputasi Nana di dunia hiburan tetapi mereka tidak bisa melepaskan kekagumannya terhadap prestasi Nana yang luar biasa.

Hari itu Nana mengenakan trench coat berwarna merah muda dengan sepatu boot coklat dan wajahnya tanpa riasan sedikitpun dan rambutnya digelung ke belakang membentuk onde-onde besar tetapi menarik dan terlihat manis. Dan sesuatu yang jarang dilakukan Nana adalah bahwa Nana mengenakan kacamata yang sedikit besar. Nana terlihat gugup ketika berjalan ke atas panggung, bahkan beberapa kali Nana nyaris menabrak sesuatu.

Ruangan itu mulai ramai dengan suara ribut-ribut yang ditimbulkan oleh para wartawan ketika akhirnya Nana membuka mulutnya untuk bicara. "Maafkan aku untuk segalanya dan semuanya," katanya dengan nafas panjang. "Mungkin ini sangat berat tetapi jika aku terus berada di duniaku, aku semakin tersiksa dan hampa-"

Para wartawan tampak bingung dengan perkataan Nana tetapi mereka bisa merasakan ada firasat buruk dari perkataan Nana. Maka salah satu wartawan memberanikan diri untuk bertanya pada Nana."Apa maksud anda?"

"Aku akan mundur dari dunia hiburan," kata Nana tegas, dengan sorot mata yang tajam. "Dunia hiburan sama sekali tidak membuatku bahagia dan aku menemukan apa yang menjadi kepuasan batinku pada saat ini karena aku memulainya hanya untuk balas dendam. Tetapi seiring dengan waktu, aku menemukan duniaku yang sebenarnya. Dunia yang lebih sesuai untukku, menulis naskah cerita bersambung dan mendesain. Kuharap kalian mengerti bahwa aku tidak bermaksud mengecewakan hati para penggemarku tetapi mereka juga akan kecewa jika tahu selama ini aku tidak bahagia di dunia hiburan."

Para wartawan terkejut dengan jawaban Nana dan berusaha mencerna pernyataan Nana sambil berharap perkataan Nana hanya lelucon belaka. " Benarkah apa yang Anda katakan?" tanya salah satu wartawan yang tidak jauh berada di dekat panggung. "Apa keinginan Anda setelah anda mundur dari dunia hiburan?"

Nana tersenyum pada semua yang hadir,senyuman yang tulus yang benar-benar dia bisa berikan pada orang lain. " Tentu saja aku benar adanya, selama ini aku sudah memikirkannya. Aku ingin bekerja di belakang layar. Karena di sana peranku lebih besar dan aku merasa seperti gadis normal seperti umumnya."

"Apa Anda tidak menyesal, setelah lima tahun kesukesan Anda?"

Nana sama sekali tidak menyesal, justru banyak hal yang disesalinya ketika Nana menjadi artis dan bersinar. Nana terjerumus dan terikat, mulai sering mabuk-mabukan di usia yang tergolong muda dan reputasinya semakin buruk. Nana ingin berubah dan memiliki kehidupan yang baru.

Berita mengenai mundurnya Nana dari dunia hiburan sungguh disayangkan oleh para penggemarnya dan berita bagus bagi teman sesama artisnya karena saingan mereka berkurang. Nana sama sekali tidak peduli akan hal itu, dia sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Selama Nana berada di sana, Nana akan menjadi pribadi yang kejam dan tidak berperasaan serta menutupi sifat baiknya sendiri yang terpendam. Berada di sana hanya membuat Nana semakin tersiksa. Karena Nana dikenal sebagai artis yang multitalenta sekaligus berkepribadian buruk karena sering menyiksa artis-artis perempuan pendatang baru serta kebiasaannya mempermainkan pria.

Nana ingin berubah, ya, dia ingin berubah. Dulu dia seperti itu karena tidak mempunyai pegangan, merasa tidak dicintai tetapi tidak menyadari jika selama ini dia dicinta sepenuh hati oleh orang yang Nana kira membencinya. Setelah ini, Nana berjanji untuk berdamai dengan Freyja yang selama ini dia siksa karena balas dendam di masa kecilnya. Nana tahu itu tidak mudah tetapi Nana akan mencobanya.

Selain itu, sudut pandang Nana terhadap Mathias dan Berwald mulai berubah sedikit demi sedikit. Nana mulai bisa mengontrol perasaannya sendiri terhadap Berwald dan tidak cemburu lagi pada Tiina. Lagipula mereka akan berkeluarga dan mereka sendiri sudah memiliki calon anak dan Nana akan senang hati menemani anak mereka bermain jika sudah lahir.

"Tampaknya kau menikmati hidupmu sendiri?"

Nana menoleh dan mendapati Mathias Kohler berdiri di belakangnya. "Eh, mengapa kau ada di sini?" tanyanya gugup.

"Tidak apa-apa," jawab Mathias pelan. "Hanya merasa kamu tidak bisa ditinggal sendiri untuk sementara waktu."

Mendengar perkataan Mathias, wajah Nana memerah lebih merah dari biasanya. Tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak dari tempatnya. Kata-kata Mathias membiusnya seperti penyihir tampan yang tiba-tiba datang dihadapannya.

"Kau tidak suka kehadiranku, min elskede?" goda Mathias dengan nada genit sambil berbisik pelan di telinga Nana. "Aku sudah jauh-jauh datang ke sini lho."

Nana menarik nafasnya sejenak dan menahan seluruh kegembiraannya di depan Mathias. "Well, aku senang kau ada di sini. Tapi aku minta satu hal!" pintanya dengan wajah datar. "Aku menyukaimu, puas!" ucapnya tanpa sadar.

Nana menutup mulutnya sendiri. "M-ma-maksudku a-a-ku suka padamu sebagai seorang teman. Itu saja."

Mathias terpana melihat kekasih hatinya bersikap seperti anak kecil yang salah tingkah. Tanpa sadar Mathias tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHAHAHAHAHA-"

Nana tidak sempat merutuki Mathias dan merasa malu dengan pengakuan cintanya secara tiba-tiba. Tetapi dia sudah setengah jalan walau Nana tidak yakin akan berhasil.

"Mathias," panggil Nana sambil mengenggam tangan Mathias yang dua kali lebih besar dari Mathias. Nana menegadahkan kepalanya agar bisa bertatapan dengan mata Mathias. “Aku serius.”

Biru kehijau-hijauan bertemu dengan mata coklat. Mathias tidak bisa berhenti memandangi mata Nana. Kini Nana menatapnya dengan tatapan penuh damba.

“Serius yang bagaimana?” tanya Mathias untuk menguji Nana apakah dia tidak salah dengar. “Serius menyukaiku sebagai teman?”

“Tidak, tetapi aku mencintaimu,” jawab Nana pelan. “Aku menyukaimu sejak aku masih anak-anak, tapi karena-“

Kata-kata Nana terputus dan Mathias menyentuh bibir Nana dengan bibirnya. “Cukup, tidak usah dibahas lagi,” kata Mathias pelan. “Aku juga mencintaimu dengan sepenuh hati.”

Nana tidak menjawab apapun lagi. Kini hatinya sama sekali tidak ragu dan sudah mantap. Hanya Mathias seorang yang selalu ada dipikirannya.
Sampai kapanpun juga.

Cerita cinta ini baru saja dimulai.

FIN

A/N Akhirnya saya kerjain selama satu minggu lebih dan idenya baru nongol. Kali ini lebih panjang dan maaf saya tidak memunculkan karakter lainnya. Alurnya terkesan kecepetan ya? Anyway, thanks bagi yang sudah mau review FF saya yang di chapter sebelumnya. Hasta Luego :P

Saturday, April 9, 2011

Förgätmigejsläktet

Betapa Nana membenci adik barunya yang baru saja dilahirkan oleh ibunya, Freyja. Dulu sebelum Freyja lahir, kakak-kakaknya dan orangtuanya sangat memanjakannya bahkan cenderung memberikan perhatian berlebih pada Nana.



Tetapi sejak Freyja lahir, semua seperti menganggap Nana tidak ada. Nana yang baru berusia empat tahun tersebut merasa terabaikan oleh keluarganya. Setiap Nana meminta sesuatu pada orangtuanya dan kebetulan adiknya meminta hal yang sama, pasti adiknya yang akan diutamakan. Lupa bahwa Nana masih butuh kasih sayang yang berlebih dari orang-orang di sekitarnya mengingat hubungan sosial Nana di TK sangat buruk, terutama terhadap anak perempuan. Nana membutuhkan sandaran dan orang yang mau memperhatikannya.



Hari itu, Nana menangis sendirian di kamarnya dan pada saat itu orangtuanya sedang tidak ada di rumah karena mengajak Freyja jalan-jalan ke luar kota sedangkan Nana dititipkan pada Berwald. Petir menyambar di luar rumah dan Nana takut petir dan suara guntur menakutkan Nana.



Malam itu Nana meringkuk di selimutnya dan menangis tersedu-sedu mengingat kejadian tadi siang.



“Mama! Papa!” seru Nana sambil menatap Freyja. “Boleh aku ikut?”



Pasangan suami istri Oxenstierna saling pandang, lalu ganti menatap Nana. “Besok kamu sekolah, lain kali saja, ya.”



Air mata Nana menetes deras. “Pokoknya aku mau ikut. Aku mau ikut ke Kalmar dan Skane. Aku belum pernah ke sana.”



Mr. Oxenstierna menatap Nana dengan tatapan lembut. “Sekolahmu lebih penting daripada apapun. Nanti liburan panjang, Papa dan Mama akan mengajakmu jalan-jalan bersama dengan kak Berwald,” tambahnya. “Lihat, kak Berwald juga tidak ikut karena sedang ada tugas dari sekolahnya.”



Nana menatap Berwald yang sedang menemani anak kecil yang berasal dari Finlandia yang seumuran dengan Nana dengan tatapan kesal, maka semakin marah mendengar perkataan ibunya lalu menyambit ibunya dengan balok kecil sambil . “JAG HATAR DIG SA MYCKET!” serunya lalu meninggalkan mereka sambil menangis.



Mrs. Oxenstierna tampak terkejut akan perlakuan Nana yang seperti itu. Berwald dan anak kecil Finlandia yang dititipkan tetangga tersebut menatap kejadian tersebut dengan tatapan terkejut. Anak kecil Finlandia itu lalu menarik-narik lengan Berwald. “Ada apa? Mengapa gadis itu terlihat marah pada ibu itu?” tanyanya dengan nada polos.



Berwald tidak tahu harus berkata apa pada anak kecil Finlandia itu, lalu pada akhirnya dia berkata. “T”na j’ng’n t’k’t, d’ b’k k’k. H’ny’ s’d’ng k’sal.”



Anak kecil Finlandia yang bernama Tiina tersebut hanya mengangguk kecil. Entah mengerti apa yang terjadi sebenarnya atau tidak mengerti perkataan Berwald.



Nana kesal dan memukul-mukul kasurnya lalu meraung-raung. “Karena dia semua berantakan,” jeritnya. “Aku benci dia. Sangat benci.”



Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Nana merebahkan dirinya ke kasur dengan kekecewaan mendalam. Tak berapa lama petir menyambar dan suara guntur lebih kencang daripada yang sebelumnya.



Wajah Nana memucat dan menjerit sekeras mungkin. Tubuhnya gemetar dan kepalanya mendadak pening. Nana merasa sendirian, tidak aman dan terancam. Tidak ada Papa dan Mama yang menjaganya, ataupun kakak Berwald. Kakak Berwald pasti sedang sibuk dengan anak tetangga yang berasal dari Finlandia tersebut. Hidup ini memang tidak adil, batin Nana. Semuanya berubah.



Tiba-tiba seseorang datang ke kamar Nana dan menggendong Nana lalu memeluknya dengan erat. Nana menoleh dan mendapati Berwald berada di sampingnya.



“Kakak!” seru Nana dan menangis. “Jangan tinggalkan aku!” kata Nana dengan nada memelas. “Jangan lupakan aku.”



Berwald sudah curiga akan sikap Nana yang aneh sejak kelahiran Freyja. Untung saja Tiina sedang tertidur di ruang tamu karena kelelahan bermain bersamanya sehingga Tiina tidak mendengar jeritan Nana. Lalu Berwald kembali menatap Nana dengan tatapan sayang sembari memeluk Nana. “T’d’k ada y’ng m’lup’k’nm’, min kärlek.”



“Kakak Berwald,” isak Nana. “Aku takut, semua tidak sayang padaku.”



Berwald memeluk Nana dengan erat. “K’kak d’s’n’, j’ng’n t’k’t.”



“Kakak tidak sayang aku,” raung Nana sambil memukul-mukul dada Berwald. “Aku ingin dia lenyap dari hadapanku. Dia merebut segalanya-“



Nana terisak-isak dalam dekapan Berwald sementara Berwald menenangkan Nana. Tampaknya Berwald mengerti apa yang dialami Nana. Maafkan aku, Nana. Aku lupa kalau kamu masih perlu diperhatikan. Kakak janji akan cepat menyelesaikan kuliah agar kakak memiliki waktu untuk mengajakmu jalan-jalan.

Med Dig Bara Chapter 3

Med Dig Bara [With You Only]

Chapter 03-Nana PoV [Taste of Me]

Disclaimer: Luis Miguel buat song lyrics-nya dan Hidekaz Himaruya untuk ficnya







For so long we have enjoyed this love, our souls got so close

That I keep your taste, but you also carry a taste of me



Nana merasa patah hati dan pada akhirnya Nana memutuskan untuk menyendiri tanpa adanya gangguan dari siapapun termasuk keluarganya. Untuk sementara juga Nana menjauhi dunia entertaiment untuk menenangkan diri sejenak. Nana benci mengakui ini, dia sangat tidak suka kalah dari siapapun apalagi terhadap perempuan. Orang yang dicintainya adalah kakaknya sendiri, Berwald. Ironis memang, Nana mencintai kakaknya sendiri. Itu sama sekali merupakan hal terlarang, bahkan menjjijkan.



Nana membenci siapapun yang mendekati Berwald. Berwald tidak tahu bahwa Nana suka mengerjai siapapun yang mencoba merayu Berwald. Pasti akan dipermalukan oleh Nana. Terkesan arogan memang, tetapi Nana sangat percaya diri bahwa tidak ada perempuan yang secantik dirinya. Nana merasa mampu mengalahkan mereka semua karena Nana tahu apa kelemahan seorang perempuan dan Nana menggunakan taktik itu. Mungkin orang akan heran mengapa Nana sangat populer di dunia artis sementara sifat Nana bisa dibilang busuk. Nana berhasil menyembunyikannya dengan berpura-pura ramah terhadap fansnya. Tetapi para artis pendatang baru tahu betapa Nana suka mengerjai mereka.



Nana memang tidak suka tersaingi, karena akan mengingatkan masa kecilnya yang kelam.



Sekolah, teman perempuan dan kehidupan perempuan selalu dibenci oleh Nana.



Sesungguhnya Nana adalah pribadi yang rapuh. Dia tidak akan bisa berdiri sendiri jika Berwald tidak ada. Berwald adalah mataharinya, penghangatnya. Satu-satunya alasan Nana bisa berdiri tegak hingga saat ini. Nana menyesali mengapa terlahir di keluarga Oxenstierna. Sungguh menyesal.



Nana tidak peduli dengan Freyja ataupun Tiina. Berwald tetaplah miliknya.



Tetapi Nana merasa Tiina mengganggunya. Merusak semua impian Nana. Kehadiran Tiina membuat Nana merasa terancam padahal Tiina adalah gadis biasa-biasa saja. Berwald mencintai gadis Finlandia itu, tatapan mata tidak pernah bisa berbohong. Wajah Berwald tidak pernah selembut itu terhadapnya.



“Menjijikan,” isak Nana di kamarnya sambil menangis. “Lagi-lagi aku kalah dari gadis Finlandia itu. Padahal gadis itu jelek.. dan tidak cantik sama sekali,” ucapnya.



Hampir setiap hari Nana terisak-isak, meluapkan seluruh kebenciannya terhadap gadis itu dan juga semua orang yang mencoba menarik perhatian kaakHal itu berlangsung selama beberapa hari seterusnya, bahkan untuk makan pun Nana sudah tidak berselera lagi. Berwald menjadi cemas ketika mengamati Nana yang tampak hancur. Menjelang ujian akhir, nilai-nilai Nana agak menurun padahal tinggal sebulan lagi ujian akhir.



“Ber?” tanya Tiina di ruang tamu. “Apa sebaiknya kita suruh Nana keluar?”



Berwald mengangguk dan mengelus rambut Tiina dengan lembut. “Dia tidak akan apa-apa. Aku yakin.”



“Aku tidak yakin,” kata Tiina. “Lihatlah keadaannya seperti itu, dia memang jahat padaku tetapi aku tidak tega melihatnya seperti itu. Lihatlah dia tampa hancur.”



Dalam hati Berwald bersyukur memilii kekasih yang bisa memahami adiknya itu. “Ja,” jawabnya, terpaksa menyetujui perkataan Tiina. “Akan kupanggilkan si manusia kambing itu untuk mengurusnya.”



**



If you would deny my presence in your life, it would suffice to embrace you and to talk.

So much (of my) live I gave to you, that you cannot help but having a taste of me.

Mathias ahirnya datang ke rumah keluarga Oxenstierna atas suruhan Berwald karena keadaan Nana. Awalnya Mathias tidak mau datang mengingat perilaku Nana terhadapnya tempo hari. Tahu bahwa Nana sangat membencinya. Tetapi setelah mendengar keadaan Nana yang mengkhawatirkan, akhirnya Mathias memtuskan untuk datang dan melihat keadaannya.



Sesampainya di rumah keluarga Oxenstierna dan memasuki kamar Nana. Betapa mencengangkan bagi Mathias, Nana yang didepannya bukan Nana Oxenstierna, sang artis besar. Nana yang ini adalah Nana yang sesungguhnya, Nana yang selalu Mathias amati diam-diam perkembangannya. Sampai saat ini Mathias merasa heran, darimana Nana mendapat ide bahwa Mathias membencinya.



Mathias maju selangkah ke tempat tidur Nana dan duduk di sana, menatap Nana yang tertidur dengan wajah lelah karena menangis terus menerus. Yang dilakukan pertama oleh Mathias pertama kali adalah mengelus rambut Nana yang panjang sebahu itu dengan lembut.



"Nana," kata Mathias lembut. "Aku disini."



Mathias memandangi Nana sekali lagi. Betapa Mathias mencintai Nana sepenuh hati, Mathias ingin Nana merasakan dirinya sedikit saja. Kebetulan Mathias tahu Nana pernah mencintainya. Mathias ingin Nana masih mencintainya walaupun sedikit saja.



Apapun akan Mathias lakukan asal Nana mencintainya seperti dulu.



**



I am not trying to be your owner,I am nothing, I have not vanity.

Of my life, I give the good (the best), I am so poor, what else can I give?



Nana bukanlah apa-apa, dia hanya gadis Oxenstierna biasa. Jika dibandingkan dengan Berwald, Nana kalah jauh. Itu untuk beberapa tahun yang lalu sebelum Nana akhirnya terjun ke dunia entertaiment. Nana setuju-setuju saja ketika ditawarkan masuk ke dunia itu. Karena Nana ingin membahagiakan Berwald, serta berharap Berwald membalas cintanya.



Nana tidak ingin mencoba menjadi milik Berwald seutuhnya. Dia tahu sendiri, Nana ya Nana. Nana yang selalu tersingkir bahkan di lingkungan keluarga Oxenstierna. Sang personifikasi Oresund ini sempat dianggap sebagai anak gelap oleh keluarganya sendiri.Itu memperkuat alasan mengapa Freyja membencinya.



Pada saat seperti itulah, Berwald membelanya. Suatu hal yang tidak pernah dilakukan orang lain untuknya.



"Freyja!" seru Berwald kesal melihat tingkah laku Freyja yang selalu saja memperlakukan Nana seperti binatang. "Sopanlah sedikit padanya.



Freyja tidak mendengarkan Berwald sedikitpun dan kakinya masih terus menendang perut Nana. "Biar saja, dia bukan bagian dari keluarga kita."



"FREY!" bentak Berwald. "Dia kakakmu."



"Dia bukan anak keluarga Oxenstierna. Dia cuma anak haram," tambah Freyja ketus. "Aku ingin dia mati sekarang juga."



Wajah Berwald kini merah padam, mendengar adik bungsunya berkata kasar pada kakak perempuannya sendiri membuatnya cukup tertohok. "Hentikan segala omong kosongmu. Dia adik kandungku dan bagian dari keluarga Oxenstierna."



Ucapan Berwald menenangkan hati Nana yang terdalam. Biasanya, Nana hanya pasrah menerima perlakuan semacam itu. Dalam hati Nana berpikir, apa benar dia itu anak haram. Nana tidak pernah bisa mengingat orang tuanya dengan jelas. Tetapi sekarang Nana yakin Nana adalah bagian dari Berwald.



Dulu hal itu akan membuat Nana merasa bahagia, dulu sekali. Tetapi fakta dia adalah anak dari keluarga Oxenstierna sekarang melukainya. Karena tak lama setelah Nana bermasalah mengenai Mathias, kejadian itu menimpanya. Perlahan-lahan cinta yang dimiliki Nana terhadap Mathias mulai menipis seiring dengan luka hatinya dan Berwald menawarkan kehangatan yang lebih nyata daripada dulu.



Seandainya dia benar bukan anak keluarga Oxenstierna. Seandainya Mathias tidak melukainya melalui orang lain. Seandainya begitu, hati Nana tidak akan sehancur ini. Nana sudah cukup rapuh selama hidupnya.



Tidak ada pegangan yang bisa dimiliki Nana. Tidak ada sesuatu yang bisa diberikan pada Berwald sebagai balas budi dan luapan cintanya terhadap kakaknya.



Bror



**



A thousand years may pass many more

I dont know whether love exist in eternity

But there just as here in the mouth you will carry a taste of me



TBC

Med Dig Bara Chapter 2

Med Dig Bara [With You Only]

Chapter 02-Nana PoV [Unrequited Love]


Nana tidak akan pernah bisa lupa perkataan Mathias yang baru saja dilontarkan terhadapnya. Sekaligus tidak mempercayai perkataan pria itu mentah-mentah. Tahu pria itu sebenarnya sangat membenci Nana. Toh banyak yang bilang begitu. Lagipula Nana tidak peduli jika Mathias membencinya atau mencintainya karena yang paling Nana cintai hanyalah satu orang yaitu Berwald, kakaknya sendiri.

Kakaknya yang selalu menjaganya sejak kecil walau dia sedikit kaku dan menakutkan tetapi Nana sangat memujanya bahkan mencintainya sebagai kekasih, bukan seorang kakak. Bahkan hingga saat ini. Setelah Nana patah hati karena Mathias, Berwald menghibur Nana dengan caranya sendiri sehingga Nana perlahan-lahan mulai jatuh hati pada kakaknya sendiri.

Di mata Nana, Berwald adalah sosok pria yang paling tampan dan menarik. Sayangnya tidak hanya Nana yang berpikir seperti itu. Banyak wanita cantik, baik dari kalangan artis maupun menengah yang ingin menjadi kekasihnya bahkan istrinya. Tetapi pada akhirnya Berwald memilih seorang gadis Finlandia yang bernama Tiina Vainamoinen untuk menjadi kekasihnya. Ketika pertama kali Nana bertemu Tiina, Nana sudah menunjukkan sikap tidak suka dengan alasan Tiina tidak pantas untuk Berwald dan usia Tiina dengan Nana hanya berjarak satu tahun saja perbedaannya.

Itu hanya alasan semata, hanya alasan yang tidak berdasar. Nana mencintai Berwald sepenuh hatinya. Dia tidak ingin wanita manapun merebut perhatian Berwald karena jika seperti itu Nana akan terkena imbasnya.

Nana sedikit menyesal, mengapa dia terlahir sebagai adik Berwald. Dia tahu cintanya akan terbalas hanya dalam konteks hubungan kakak beradik, tidak kurang ataupun lebih. Oleh karena itulah Nana lebih banyak berkencan dengan pria-pria tampan di seluruh Skandinavia ataupun seluruh Eropa demi menutupi hasratnya yang abnormal dan gila. Tidak ada yang boleh tahu bahwa Nana mengidap brother complex stadium empat. Nana lumayan cantik dan berprospek tinggi, sehingga Nana bisa menyombongkan diri bahwa dia disukai oleh banyak pria-pria tampan tetapi hubungan mereka jarang bertahan hingga satu tahun. Media massa menyebut Nana sebagai "maneater" karena hal tersebut.

Malam itu Nana keluar rumah bukan karena ingin mencari udara segar tetapi lebih karena kecewa melihat Berwald dan kekasih Finlandia-nya sedang bercumbu di sofa ruang tamu. Saat itu, Nana baru saja pulang dari syuting film layar lebar terbaru dan berniat untuk belajar di rumah bersama Berwald. Melihat adegan seperti itu ketika baru saja pulang membuat Nana mual dan muak sekaligus api kecemburan di hatinya memuncak. Berwald miliknya dan tidak ada yang boleh mengambilnya.

Karena jika tidak ada Berwald, siapa yang bisa mencintainya apa adanya? Siapa yang akan melindunginya di kala susah?

Mathias Kohler, pria itu mengganggu Nana hampir setiap tahun. Sejak Nana kecil, Mathias selalu berusaha mendekatinya. Waktu itu Nana adalah gadis yang polos dan mudah percaya apa kata orang. Nana percaya bahwa Mathias berniat untuk mencelakainya karena Nana adalah adik dari pria yang dibencinya. Mathias sangat membenci Berwald dengan alasan yang Nana sama sekali tidak tahu dan Berwald juga membenci Mathias.

Sejak kecil Nana tidak disukai oleh anak-anak perempuan karena Nana adalah adik dari pemilik perusahaan furnitur ternama di Swedia sekaligus di dunia. Ditambah lagi ibu Nana meninggal ketika melahirkan adik bungsunya, Freyja dan hal itu menyebabkan Nana tidak tahu bagaimana rupa kasih sayang seorang perempuan. Lebih buruk lagi, ayahnya meninggal ketika Nana berusia sembilan tahun. Adiknya sendiri sering menghinanya dengan perkataan yang sering dilontarkan oleh teman-teman perempuan yang sangat membencinya dan Berwald juga sering menampar Freyja karena hal itu.

"Hormatilah kakakmu,Freyja."

Freyja kecil menatap Berwald dengan tatapan kesal. "Mengapa kakak membelanya?" tanyanya sengit dan matanya menatap Nana dengan tatapan jijik sambil menunjuk-nunjuk Nana. "Dia patut dibenci, dia suka mencari perhatian dengan banyak pria dan dia menyakiti perasaan banyak perempuan."

Nana menahan diri agar tidak menangis dan berjalan pelan-pelan ke arah Berwald lalu memeluk Berwald dengan erat bagai anak anjing bertemu dengan induknya. "Bror," ujarnya lirih.

Berwald menatap Nana dengan tatapan penuh kasih sayang dan mengelus bahu Nana dengan lembut. "Menangislah jika kau mau."

Nana tersenyum kecil dan air mata Nana perlahan-lahan tumpah dan membasahi kemeja Berwald sedikit demi sedikit.

Sejak saat itu Nana selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala hal,baik dalam penampilan ataupun kemampuan. Semua itu berhasil Nana raih ketika Nana berusia dua belas tahun dan puncaknya ketika Nana berusia empat belas tahun, dia mendapatkan tawaran untuk menjadi model di salah satu majalah remaja lokal dan berkembang menjadi model di majalah dunia. Menurut pengamat mode, Nana memiliki sense fashion alami serta wajah yang unik sehingga Nana bisa terpilih sebagai model. Beberapa tahun kemudian, Nana mulai menjajal dunia tarik suara dan albumnya sukses di pasaran. Lagu-lagunya lebih sering ditulisnya sendiri dalam lima bahasa yaitu Spanyol, Swedia, Inggris, Perancis dan Italia. Nana termasuk gadis yang cepat sekali menangkap pelajaran atau apapun tetapi memiliki fokus yang buruk sehingga seringkali Nana harus memaksakan diri.

Dulu Nana berpikir bahwa kesuksesannya bisa menjadi tombak awal dia bisa menjalin pertemanannya dengan anak-anak perempuan tetapi dia salah, mereka semakin membencinya dan menganggap Nana sombong. Freyja juga semakin bersikap kurang ajar pada Nana dan bahkan dia sendiri juga menyuruh teman-teman perempuannya untuk menindas Nana.

Nana tidak pernah suka dengan keberhasilannya, Nana berhasrat pada Berwald. Dia ingin memiliki Berwald seutuhnya, bercinta dengan pria itu apapun konsekuensi yang harus ditanggung. Berwald adalah satu-satunya pria yang bisa melindunginya setelah Mathias membuatnya patah hati ketika Nana masih anak-anak. Memikirkan Mathias hanya membuat hati Nana bercabang karena di lubuk hati Nana, Nana masih memiliki sedikit perasaan cinta terhadap Mathias.

Nana memasuki rumahnya sendiri dan mendapati Berwald tertidur di sofa dan wajahnya terlihat lelah. Dalam hati Nana membatin, kemana perginya gadis Finlandia itu?

Lalu dia melangkah maju dan mendekati Berwald, matanya terus menatap Berwald yang tertidur pulas. Berwald terlihat damai dan bahagia, Nana tidak bisa berhenti memandangnya.Wajah Berwald begitu mirip dengan Nana tetapi garis wajahnya jauh lebih halus dibandingkan Berwald. Bibir Berwald terkatup rapat dan menggoda Nana untuk menyentuhnya perlahan. Jari jemari Nana mulai bergerak menyusuri bibir Berwald yang dingin.

"Aku di sini," gumam Nana pelan dan menempelkan hidungnya ke hidung Berwald. "Mencintaimu."

Berwald tidak menyadari apa yang terjadi sebenarnya sementara Nana terus bergerak maju dan bibir Nana semakin mendekati bibir Berwald dan menyentuhkan bibirnya di sana. Nana terkesiap, ciuman ini rasanya memabukkan dan membuatnya kecanduan.

"Bro..tidak, Ber," kata Nana lirih. "Jag alskar dig," ucapnya sambil melepas kemeja yang dikenakan Berwald dan melemparkannya entah kemana. Nana mulai menindih Berwald dan membuka kaitan celana panjang Berwald dan melepas pakaian Nana sendiri. "Aku ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu sepenuh hatiku."

"Aku tidak bisa," gumam Berwald perlahan dan kesadarannya kembali."Aku mencintai dia."

Berwald perlahan-lahan terbangun dan betapa terkejutnya mendapati Nana "menyerangnya" seperti ini. Dia tidak menduga akan diperlakukan seperti itu oleh adiknya sendiri.

"Apa yang kaulakukan?' tanya Berwald geram. "Mempermalukan kakakmu sendiri?"

"A-aku tidak-," ujar Nana gugup dan menjauh dari Berwald sedikit demi sedikit.

"Jangan katakan sesuatu," sembur Berwald. "Kau ingin membuatku kesal kan?"

Nana menggeleng. "Apakah kau mencintaiku?"

Berwald tertegun. "Ja, hanya sebatas kakak dan adik."

"Tidak adakah perasaan lain yang kakak miliki untukku?" Nana bertanya dengan nada penuh harapan. "Sedikitpun?"

Berwald memandang Nana dengan tatapan penuh arti. "Aku mencintai orang lain."

"Gadis yang kakak rayu di sofa tadi?" tanya Nana emosi. "Kemana dia sekarang?"

Berwald sama sekali terheran-heran melihat tingkah adik semata wayangnya tersebut. Baru saja Tiina menamparnya tak lama setelah Nana pergi meninggalkan mereka karena kesalahpahaman sekarang adik keduanya. “Kau mau apa?” tanya Berwald lagi tanpa memandang Nana.

“Aku mencintaimu,” kata Nana lirih. “Sampai kapanpun aku tetap mencintaimu-“

“Aku tidak bisa,” jawab Berwald tegas. “Harus berapa kali kukatakan padamu, Oresund?”

“Aku mencintaimu apa adanya,” balas Nana tidak mau kalah. “Untukku, Bror adalah segalanya. Sampai kapanpun,” Nana mulai terisak-isak. Air matanya mulai membasahi wajah cantiknya.

“Maaf,” kata Berwald pelan dan berjalan kembali ke kamarnya. “Maaf.”

Nana menangis terisak-isak, hatinya bagaikan teriris pisau. Sudah cukup dia seperti ini, ditolak oleh orang yang dicintainya dan ironisnya itu adalah kakaknya sendiri. Sikap Berwald kali ini melukai hatinya, biasanya Berwald memang tidak banyak bicara ketika Nana menangis karena suatu hal dan memeluk Nana hingga Nana tenang kembali.

Sesungguhnya Berwald tidak tega meninggalkan Nana yang terisak-isak tetapi yang dilakukan Berwald adalah meninggalkan Nana untuk sementara di ruang tamu karena Berwald tahu sebenarnya yang paling dicintai Nana bukan dirinya, yaitu Mathias. Mungkin Nana memang tidak menyadarinya tetapi Berwald sangat tahu bagaimana Nana. Nana masih mencintai pemuda Denmark itu.

TBC

Soy un truhán, Soy un señor, Y casi fiel en el amor

Disclaimer: Hidekaz Himaruya untuk APH (OC belongs to me, MWAHAHAH))

Rate: T

Pairing: Severina Oxenstierna/Sweden Jr. x Fernando Jose-Carriedo/Macau





Capítulo 1



Seorang gadis muda berdarah Swedia-Finlandia tersebut berjalan keluar dari pesawat dengan perasaan gugup dan tegang, tanpa berani memandang siapapun yang ada di sana. Gadis muda tersebut mengenakan kaos putih dengan rompi panjang tanpa lengan berwarna coklat sekaligus celana pendek berwarna coklat muda dan mengenakan topi anyaman. Ini merupakan pertama kalinya gadis itu menginjakkan kakinya di Spanyol, tanpa orangtua dan kakak-kakaknya di sampingnya. Betapa terkejutnya bahwa dia mendapati sesuatu yang berbeda dengan tempat tinggal asal gadis itu. Tempat tinggal gadis itu didominasi oleh alam sebanyak 75% dan cuaca di sana berubah-ubah dengan cepat karena wilayahnya berada di Eropa Utara dan mendekati kutub utara sedangkan cuaca di Spanyol sangat terik dan panas. Keadaan di sana sungguh berbeda dengan di Stockholm, begitu kata Antonio ketika Antonio mengunjungi keluarganya.



“Spanyol itu seperti apa, Om Antonio?” tanya Severina dengan nada polos.

Pemuda Spanyol dengan rambut sedikit berantakan dan mata hijau emerald itu menatap Severina dengan tatapan gemas. “Di Spanyol sungguh berbeda dengan di Skandinavia. Spanyol sangat ramai dan sangat metropolitan walau kebanyakan didominasi oleh dataran tinggi atau pegunungan.”

Gadis itu bernama Severina Oxenstierna. Berusia empat belas tahun. Perawakannya sungguh kecil untuk seorang gadis Swedia. Jika rata-rata semua kakaknya bertubuh besar dan tinggi maka Severina bertubuh kecil dan pendek, kira-kira hanya 160. Ayahnya, Berwald Oxenstierna, adalah seorang pengusaha interior yang bernama Oxenstierna.Co.Ltd. sekaligus desainer interior ternama di Eropa Utara sedangkan ibunya, Tiina, adalah mantan model yang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga setelah menjadi istri Berwald. Rin adalah kakak pertama yang kini mengikuti jejak ayahnya yang menjadi desainer interior, Len adalah kakak kedua yang sedang kuliah di Uppsala mengambil jurusan IT dengan konsentrasi Game Programming dan juga adalah DJ. Kakak ketiga, Jamie baru saja kelas tiga SMA. Severina adalah anak keempat yang baru saja memasuki sekolah menengah atas dan memiliki dua adik kembar bernama Mathias dan Lily yang baru kelas tiga SMP. Bibinya yang berada di Spanyol bernama Nina Vainamoinen yang bekerja di bagian pangan milik badan internasional. Vainamoinen merupakan nama gadis Tiina, ibu Severina.



Dibandingkan oleh kakak dan adik Severina. Severina tergolong pemalu dan mudah gugup bila bertemu orang asing atau berada di lingkungan yang baru.



Awalnya Severina sudah terdaftar di SMA favorit di Stockholm tetapi beberapa bulan sebelum ujian nasional, Severina mencoba mengambil beasiswa di sekolah fashion ternama di dunia yang bermukim di Spanyol bernama La Moda. Severina yang diam-diam menyukai fashion sekaligus mendesain benda-benda fashion mencoba peruntungannya ketika dibuka beasiswa untuk satu murid Swedia yang beruntung. Tanpa disangka-sangka, Severina yang mendapatkan beasiswa 100%. Hal itu membuat bangga keluarganya, terutama bibinya, Andrianna. Hanya saja Berwald seperti tidak rela melepaskan Severina untuk belajar ke Spanyol sendirian.



Oleh karena itu, sebulan sebelum keberangkatan Severina ke Spanyol. Berwald menelpon Nina Vainamoinen yang notabene merupakan adik Tiina untuk menjaga Severina selama di Spanyol dan biaya hidup Severina akan ditanggung oleh Berwald sendiri. Nina menyetujuinya dan akhirnya Severina dapat diizinkan pergi ke Spanyol.



“Hola, señorita Oxenstierna!” 1) sapa Antonio ceria dan melambai-lambaikan tangannya pada Severina. “Barang bawaanmu berat ya? Biar Om bantu!”



Severina mendongak dan wajahnya memerah. “Er, tidak usah,” kata Severina gugup. “Aku sedang menunggu bibi Nina untuk menjemputku.”



“Bukankah señorita Nina memberitahumu bahwa aku yang akan menjemputmu?” tanya Antonio pelan sambil membawakan barang-barang Severina. “Apa dia tidak memberitahumu?”



Severina terdiam. “Dia tidak bilang apapun padaku,” katanya lirih. “Seharusnya dia menelponku.”



“Coba kamu cek dulu ponselmu,” Antonio menyarankan. “Siapa tahu bibimu mengirimkanmu pesan atau pemberitahuan.”



Mendadak Severina terkejut dan tersadar, lalu tertawa gugup dan mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya. “A-aku baru sadar kalau ponselku sejak tadi dimatikan,” katanya sambil menyalakan ponselnya.



“Aku benar kan,” Antonio menambahkan dengan senyuman geli. “Sudah masuk pesannya.”



“EH!” Severina terkejut dan tiba-tiba ada bunyi pesan masuk dan Severina buru-buru membukanya sambil membaca.



“Untuk Severina kecilku yang paling manis, hari ini Bibi tidak bisa menjemputmu karena ada pertemuan teknologi pangan internasional. Jadi Severina akan tinggal bersama Paman Antonio selama beberapa hari ini,” kata Severina sambil terkikik.

Antonio memandangi Severina dengan tatapan jahil, membuat wajah Severina sedikit memerah. Dengan sigap Antonio memeluk Severina dengan erat. “Eres tan lindo. Bienvenido a España, niña!” 2)serunya.



Severina nyaris kehabisan nafas ketika dipeluk Antonio. “G-gracias 3),” kata Severina terbata-bata.



**

Sementara itu seorang pria tampan berambut pirang dengan warna mata coklat hazel tampak seperti kehilangan kesadarannya. Pasalnya pria tersebut baru saja menghabiskan tiga botol vodka karena kekasihnya yang terakhir, gadis kebangsaan Meksiko memutuskan hubungan dengan pria itu dengan cara berselingkuh dengan pria lain.



“S-sial,” gumam pria itu kesal dalam keadaan mabuk. “Lagi-lagi aku dikalahkan olehnya.”



Fernando Jose-Carriedo, nama pria tersebut. Berusia dua puluh tiga tahun dan merupakan don juan yang terkenal di Macau dan penjudi nomor satu dengan keberuntungan yang sangat besar. Macau merupakan pulau yang dimilikinya dengan kekayaan tertinggi dibandingkan negara-negara maju. Fernando bukanlah anak kandung Antonio ataupun Lovino. Sejak kecil Fernando dititipkan oleh orangtua kandungnya karena di negara asal ayahnya tidak boleh memiliki anak lebih dari satu, walau sebenarnya mereka tidak rela, Fernando sangat memahami itu. Sebenarnya Fernando memiliki dua orang kakak yang dititipkan pada keluarga Kirkland dan keluarga Severina tetapi mereka tidak mengenal Fernando.



Malam itu merupakan malam terberat Fernando dan kembali ke rumahnya yang di Spanyol dengan perasaan galau. Semua wanita yang selalu mendatanginya hanya ingin mempermainkannya dan Fernando membalasnya dengan perilaku serupa terhadap mereka.



**

Antonio membawa Severina ke rumahnya yang besar. Rumah itu sangat indah dan bergaya klasik. Bangunannya didominasi oleh batuan-batuan koral yang indah dengan warna alami. Rumah itu terdapat lima lantai. Halamannya dipenuhi tanaman-tanaman yang indah. Bunga kesukaan Severina juga terdapat di sana. Sepertinya kehidupannya di Spanyol serta studinya akan berjalan dengan mulus. Tidak sabar Severina menunggu hari itu tiba, hanya tinggal satu minggu lagi akan dimulai. Dalam hati Severina berjanji keesokan harinya akan berkeliling kota Madrid untuk mengunjungi butik Mango yang terkenal itu. Mengunjungi butik asal Spanyol di negaranya langsung merupakan sensasi tersendiri bagi Severina.



“Bagaimana menurutmu Spanyol?” tanya Antonio, tangannya masih tetap membawakan barang-barang milik Severina. “Kau suka.”



Severina mengangguk pelan. “Lumayan bagus dan menarik,” katanya dengan nada malu-malu. “Om tinggal sendiri?”



“Tidak, aku tinggal bersama dengan Gilbert, Lovino dan Francis di rumah ini. Mereka semua pria baik kok,” ujar Antonio sambil tertawa.



“Tidak ada perempuan sedikitpun?” tanya Severina sekali lagi.



“Sayangnya tidak ada, kau akan aman. Percayalah padaku.”



Antonio dan Severina masih terus melanjutkan pembicaraan mereka sampai pada akhirnya seorang pria muda yang sedang mabuk itu datang menghampiri mereka dengan keadaan terhuyung-huyung membawa satu koper kecil sambil memegang satu botol vodka Rusia yang dicurinya dari bandara.



“Estoy de vuelta, papá!” kata pria tersebut. 4)

Antonio terkejut melihat keadaan pria tersebut. “Ada apa, Fernando!” serunya. “Mengapa kau mabuk lagi.”



Severina terkejut melihat pemandangan itu. Dia belum pernah melihat pria mabuk walau pernah mendengar di Christiania, tempat asal Mathias Kohler, terdapat penjual narkoba atau marijuana secara terang-terangan bahkan orang mabuk sekalipun. Berwald tentu melarang Severina pergi kesana karena menurut Berwald, Severina seperti anak kecil dan sikapnya sangat mirip dengan Tiina. Polos dan ceroboh.



“Om, dia siapa?” tanya Severina ngeri. “Apa Om mengenalnya?”



Antonio mengangguk. “Dia anak angkatku, namanya Fernando Jose-Carriedo. Dan dia lahir di Macau.”



“Ninguno de su negocio. ¿Quién es esa chica?” 5) tanya Fernando, matanya menatap mata Severina yang berwarna biru kehijau-hijauan. Seperti mata Berwald.



“A-aku Severina. Putri Tiina dan Berwald Oxenstierna. Salam kenal,” katanya gugup. "Aku berasal dari Stockholm."



Fernando memandang Severina dengan tatapan penuh arti. Sepertinya gadis ini menarik juga untuk menjadi mainanku sementara.



“Untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Fernando tajam. Alkohol masih menguasainya.



Severina tidak mampu berkata apa-apa. Wajahnya memerah bagai tomat rebus. Itulah pertemuan pertama antara Severina Oxenstierna dengan Fernando Jose-Carriedo.



TBC



****



1) Halo, nona!

2) Kamu imut sekali. Selamat datang ke Spanyol, gadis kecil!”

3) Thanks.

4) Aku pulang, papa!

5) Bukan urusanmu. Siapa gadis itu?

6) La moda (spanish)=Spanyol



Soy un truhán, Soy un señor, Y casi fiel en el amor (Spanish)= I am a scoundrel, I am a gentleman, and most faithful in love